Mohon tunggu...
Meili Nuzuliana
Meili Nuzuliana Mohon Tunggu... -

Hidup untuk menulis, Cinta Baca, Coffee freak, Japan Lover, Gemini, Mencintai langit_Bintang_Segala KeindahanNya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Museum Tsunami sebagai Pusat Wisata Edukasi

2 Maret 2014   19:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:18 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Museum Tsunami sebagai Pusat Wisata Edukasi

Oleh Meili Nuzuliana

Apa yang ada dibenak anda saat pertama menjejak kaki di area gedung Museum Tsunami Aceh? Museum Tsunami Aceh. Begitu tertera pada plang nama biru kontras dan memiliki ketinggian sekitar dua meter, jika bisa disebut menambah kemegahan gedung yang dibangun sebagai media tanggap bencana. Letaknya strategis dan diapit oleh beberapa situs penting seperti Lapangan Blang Padang, Kerkhof  Peutjoet dan Taman Putroe Phang menjadikan Museum Tsunami sebagai situs yang sering dikunjungi warga setempat maupun para pelancong.

Museum tsunami dibangun melalui sebuah proses sayembara.  Bentuk museum tsunami yang kita saksikan kini merupakan hasil rancangan M. Ridwan Kamil, seorang dosen arsitektur Institut Teknologi Bandung. Desainnya memenangkan proses sayembara karena dianggap mewakili keadaan kehidupan sosial masyarakat Aceh saat itu. Selain itu, konsep yang diajukan dalam desain bangunan memiliki nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Aceh. Contoh, desain luar dinding museum diambil dari gerakan tarian saman yaitu tari tradisional Aceh yang telah ditetapkan UNESCO sebagai Budaya Takbenda Warisan Manusia. Museum yang memiliki tiga lantai koleksi dan rooftop (lantai atap) sebagai tempat evakuasi, secara resmi dibuka untuk umum pada 8 Mei 2011.

Selama hampir tiga tahun setelah diresmikan pembukaannya oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono, museum ini masih ramai dikunjungi hingga kini. Pada hari kerja jumlah rata-rata  pengunjung berkisar antara 500 sampai 1000-an jiwa. Nah, pada akhir pekan jumlah pengunjung meningkat hingga angka 2000 sampai 3000-an jiiwa.  Tentunya setiap pengunjung memiliki motif tersendiri ketika berkunjung ke museum tsunami aceh.           Hingga kini sudah banyak kunjungan yang datang dari berbagai kalangan maupun institusi. Misalnya tamu kenegaraan, para pengunjung baik lokal, nasional dan internasional serta rombongan pelajar dan mahasiswa.

Museum tsunami dibangun sebagai media pengingat masa lalu, media pembelajaran bagi masyarakat menuju masyarakat siaga bencana. Tiga fungsi utama bangunan ini yaitu sebagai sarana rekreasi, evakuasi dan edukasi. Lumrah, banyak masyarakat yang berkunjung sekedar menikmati atau menghabiskan akhir pekan baik bersama teman, keluarga atau kolega. Sedangkan fungsinya sebagai sarana penyelamatan siaga bencana sudah terbukti ketika banyak warga sekitar terutama pelajar yang menyelamatkan diri saat terjadi gempa besar pada 11 April 2012 lalu.

Museum Tsunami sebagai Pusat Wisata Edukasi

Nah selain dua hal yang sudah disebutkan, bagian yang dirasa paling penting  adalah  menjadikan museum tsunami sebagai bagian dari wisata edukasi (pendidikan).  Mari menjadi pengunjung “pintar”. Sedikitnya, ketika usai berkunjung  akan ada penambahan wawasan mengenai kebencanaan dan tercipta sikap siaga bencana.  Selama ini fakta yang ditemukan dilapangan menunjukkan bahwa beberapa pengunjung hanya menjadikan museum tsunami sebagai tempat liburan semata. Padahal banyak pembelajaran yang akan didapat jika kita menjadi pengunjung  aktif. Tidak hanya sekedar melihat-lihat koleksi tanpa mencari tahu makna filosofis dari setiap benda tersebut.

Untuk mendukung fungsinya sebagai media pembelajaran, museum tsunami dilengkapi dengan ruang geologi dan pendidikan serta ruang simulasi dan perpustakaan yang berada dilantai tiga. Beberapa alat simulasi lengkap dengan petunjuk pengoperasian. Contohnya: simulasi membuat konstruksi, seismograf (alat pendeteksi getaran gempa), pemodelan gelombang tsunami, simulasi pergerakan dari berbagai jenis patahan, serta konstruksi dan bangunan yang digunakan untuk simulasi getaran gempa terhadap variasi tinggi bangunan.

Beberapa simulasi memerlukan penjelasan lanjut dari petugas. Jangan kecewa jika saat berkunjung beberapa alat peraga tidak bisa digunakan karena sedang  dalam perbaikan. Petugas tetap akan berusaha menjelaskan kegunaan dari alat-alat simulasi tersebut. Pengalaman saat memandu rombongan pelajar dan mahasiswa, mereka sangat antusias ketika diajak ikut serta dalam mensimulasikan  alat peraga seperti simulasi gelombang tsunami dan membuat konstruksi bangunan tahan dan tidak tahan gempa.

Fungsi museum tsunami sebagai wahana pendidikan juga bisa didapat melalui ruang berbagi pengalaman bencana TELLNET (Sharing Stories/Lesson learnt of past disaster between a survivor and visitors). Disini, pengunjung bisa mendengarkan langsung cerita saksi hidup yang selamat dari musibah gempa dan tsunami pada akhir 2004 silam. Nah, diharapkan pengunjung mengetahui bagaimana bencana dahsyat itu terjadi begitu cepat dalam hitungan menit. Semoga pengalaman berbagi cerita menambah wawasan demi kesiapsiagaan ketika bencana yang sama terjadi. Terutama bagi generasi mendatang. Selain itu, untuk menambah wawasan kebencanaan serta informasi kepariwisataan silakan menyempatkan diri berkunjung ke perpustakaan museum tsunami.

Bencana tidak bisa dihindari. Ia datang tiba-tiba tanpa kita sangka. Namun membaca firasat atau tanda dari alam sekitar adalah penting. Sikap siaga bencana memang tidak menghindarkan kita dari bencana yang pasti terjadi kapan saja. Namun dengan kesiapsiagaan sedikitnya kita mampu meminimalkan korban jiwa dan kerugian material. Sebuah kata bijak, pengalaman adalah guru terbaik. Kita bisa mengambil pembelajaran (ibrah) dari setiap bencana.  Semoga bermanfaat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun