Mohon tunggu...
Syamsul Arifin
Syamsul Arifin Mohon Tunggu... lainnya -

Ketua Kelompok Musik Gamelan Jamus Kalimasada Lampung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasih Sayang Yes, Valentine No

13 Februari 2015   06:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:17 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sempat menjadi orang toko beberapa tahun.  Bersama istri, saya kelola toko dengan menjual berupa-rupa barang, berdasarkan yang ditanyakan orang. Kalau ada orang datang mau beli kaca mata baca, dan di toko saya belum tersedia, esoknya kami belanja. Hingga hari esoknya lagi pembelinya datang, ia sudah bisa langsung terang benderang membaca tulisan-tulisan koran di depan mata.

Jika ada orang datang mau beli pulpen, buku, lipstik, baterai jam dan juga jam tangan, jam dinding, juga kami sediakan. Para remaja yang datang berombongan menanyakan coklat hadiah valentine, kami selalu siaga. Di moment-moment spesial, kami tahu persis memanage stok barang dagangan.

Apalagi jika hari valentine tiba, sampai jam 23.00 malam toko kami masih buka melayani pengunjung yang datang membeli kado-kado spesial hari cinta, hari kasih sayang. Saya tidak tahu persis, apakah kami menjual pernak-pernik hadiah Valentine itu adalah sebuah kesalahan, sebuah cara sesat hidup saya yang kelak berdampak menyesatkan banyak orang? Saya tidak tahu. Yang cuma saya tahu, kami hanya berdagang, kami berbelanja dengan uang dan menjual belanjaan untuk mendapatkan uang, menghasilkan margin uang, yang menurut saya hukumnya halal.

Tapi apakah itu valentine? Apakah itu hari kasih sayang? Apa makna kado hadiah kue coklat pada pada perayaan valentinan? Saya juga yakin haqqul yakin ainul yaqqin, sebagian besar mereka yang berkunjung dan membeli hadiah pernak-pernih valentine ke toko saya itu juga tidak faham dengan apa yang mereka lakukan.

Bagi umat beragama taat, sudah pasti merayakan hari valentine adalah sebuah dosa. Karena ajaran agama tidak mungkin memberikan interpretasi kasih sayang dengan implementasi yang salah kaprah, dengan cara menabrak pesan-pesan suci moral keagamaan. Karena faktanya, perayaan valentine kemudian dimanifestasikan sebagai bentuk dan pola kebebasan pergaulan antar lawan jenis, yang besar mudharatnya dan mendulang dosa.

Lantas apakah agama-agama diturunkan dan diajarkan untuk anti kasih sayang? Jelas tidak. Semua ayat-ayat dari firman Tuhan subtansinya berthema ajaran mulia kasih sayang. Nabi dan Rasul di utus ke muka bumi juga dalam rangka menyebarkan dan mentranformasian  sifat rahman dan rahim Tuhan kepada manusia. Semakin manusia mampu mensifati dan mengamalkan ke-rahmanan dan ke-rahimman Tuhan kepada seluruh alam, berarti agama telah bermanfaat secara fungsional, berarti berarti kitab suci telah meniscaya secara fungsional, berarti Tuhan telah meliputi hidup makhluknya secara fungsional.

Lantas implementasi kasih sayang itu apakah harus dan hanya difahami, dihayati dan diimplementasikan pada momentum hari yang bernama hari kasih sayang, hari valentin? Jika demikian jawabnya, maka kita adalah sebodoh-bodohnya umat.  Apakah juga pemaknaan kasih sayang apakah itu valentinan, atau apapun istlahnya, itu ditandai, dilakukan dengan cara bagi-bagi hadiah cokelat, dilakukan dengan bebas bergaul hingga tanpa batas antar lawan jenis? Jika demikian prakteknya, maka inilah yang disebut kesesatan, kemunkaran.

Tindakan-tindakan bodoh, prilaku-prilaku sesat dan munkar, tak pelak menjadi realita sosial yang tercipta secara fenomenal dan massif pada hari valentine. Jika kita memang bukan orang abnormal, wajib hukumnya kita menstop dan tidak ikut-ikutan merayakan valentine. Kasih sayang kita sejatinya musti kita internalisasi dan eksternalisasi kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja. Ajari terus menerus, refleksikan dan dedikasikan diri kita untuk berkasih sayang sebagaimana agama menganjurkan, sebagaimana Nabi dan Rasul meneladankan, sebagaimana para waliyullah, para alim ulama, para ulul albab melestarikan, merawat dan menyebarkan, dan memberdayakan.

Serukan niat dan tekad dalam hidup kita bahwa berkasih sayang yes, dan valentine no. Maka tak ada lagi cokelat dan pernak-pernik kado valentine, saya dan isrtri pun kemudian menutup toko. Terserah orang mau bilang apa, mungkin orang akan mengatakan saya ini bodoh, picik, atau apa cemoohan yang lebih kasar, saya tak akan pedulikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun