Mohon tunggu...
27_Zihan Rahmatania
27_Zihan Rahmatania Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASIWA UNIVERITASB AIRLANGGA

MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Etika dalam Kesehatan Digital dan Kecerdasan Buatan: Kasus Data 279 BPJS Kesehatan Bocor

7 Januari 2025   20:51 Diperbarui: 7 Januari 2025   20:51 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
T(ingkatkan pola pikir kritis) A(nalisi informasi valid) H(arus bijak dalam berbagi data) U(payayakan berpartisipasi dalam sosialisasi terkait perlind

Kesehatan Digital

Kesehatan digital dapat didefinisikan sebagai bidang pengetahuan dan praktik yang terkait dengan setiap aspek adopsi teknologi digital untuk meningkatkan kesehatan dari awal hingga pengoperasiannya  (World Health Organization (WHO), 2021) . Pada era globalisasi ini, implementasi kesehatan digital di Indonesia semakin berkembang pesat. Kementrian Kesehatan menyatakan bahwa transformasi digital saat ini menjadi salah satu aspek terpenting dalam evolusi industri kesehatan di Indonesia. Penerapan digitalisasi pada sektor kesehatan menjadi salah satu urgensi transformasi untuk mencapai aksesibilitas layanan kesehatan melalui terciptanya telekonsultasi yang membuat kita dapat berkonsultasi dengan tenaga medis secara virtual melalui platform-platform yang tersedia, big data dan analitik yang mampu menyimpan data dalam jumlah besar, menganalisis data terstruktur maupun tidak terstruktur serta diagnosis yang lebih akurat.

Kecerdasan Buatan

Kecerdasan buatan atau dikenal dengan Artificial Intelligence (AI) adalah suatu ilmu yang mempelajari cara membuat komputer melakukan sesuatu seperti yang dilakukan oleh manusia  (Devianto & Dwiasnati, 2020) .   Kecerdasan digital pada bidang kesehatan di Indonesia mulai berkembang melalui berbagai penerapan inovasi seperti pengembangan aplikasi kesehatan, perkembangan teknologi medis pada alat-alat kesehatan, pengembangan obat-obatan serta kepentingan analisis maupun diagnosis medis. Teknologi kecerdasan buatan ini memungkinkan analisis data yang kompleks dan pengambilan keputusan yang lebih akurat, membuka peluang baru untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan, serta mempermudah akses kesehatan bagi semua orang  (Thaariq et al., 2024) . Dalam membuat berbagai keputusan yang baik dan cerdas, penggunaan data sangat diperlukan dalam penerapan kecerdasan buatan (Rahardja, 2022) . Oleh karena itu, penerapan kecerdasan buatan pada bidang kesehatan tetap harus memperhatikan etika.

Etika Kesehatan Digital

Dalam Bahasa Yunani, etika berasal dari kata "ethos" yang berarti watak, karakter, atau adat kebiasaan. Etika secara pandangan filsafat dapat diartikan sebagai suatu nilai dan evaluasi tentang baik buruknya diri manusia  (Ningsih, 2021).  Menurut  Gunawan et al. (2024) , etika adalah berbagai nilai yang dimiliki oleh kelompok tertentu, seperti etika kerja, kode etik, dan kelompok profesi. Etika dapat didefinisikan sebagai baik-buruknya tata cara berperilaku manusia yang berkaitan dengan nilai-nilai norma, hak dan kewajiban moral, serta berlaku di mana dan kapan saja. Pada konteks kesehatan digital, etika kesehatan digital merupakan kumpulan aturan dan nilai yang berlaku secara universal baik bagi pihak penyelenggara maupun pihak penerima fasilitas kesehatan digital agar penyelenggaraan kesehatan digital dapat berjalan dengan baik dan etis tanpa merugikan salah satu pihak manapun.

 

Di zaman yang teknologinya sudah berkembang, saat ini mulai banyak bermunculan kecerdasan buatan atau yang disebut dengan Artificial Intellegence Pengertian AI adalah teknologi yang dirancang untuk membuat sistem komputer meniru kemampuan manusia. AI bisa belajar dari pengalaman, mengidentifikasi pola, membuat keputusan, dan menyelesaikan tugas dengan cepat dan efisien. Penggunaan kecerdasan buatan ini dalam dunia kesehatan disebut dengan istilah kesehatan digital. Hal ini memberikan berbagai manfaat untuk kita, mulai dari informasi medis hingga layanan kesehatan yang mudah diakses.  

Dampak positif adanya AI, kita dapat mempercepat proses diagnosis, perawatan, dan manajemen rumah sakit. Namun dengan keuntungan seperti tersebut, AI juga memiliki dampak negatif. Masalah yang diberikan di antaranya yaitu terkait keamanan dan perlindungan data pribadi pasien. Dengan adanya masalah itu, kita sebagai tenaga kesehatan tidak seharusnya memberi informasi pribadi tanpa pikir panjang kepada AI, karena informasi pribadi terkait pasien juga tidak boleh disebarluaskan secara sengaja. Masalah itu dapat dikaitkan dengan adanya kasus kebocoran data 279 juta peserta BPJS Kesehatan pada tahun 2021.

Kasus Kebocoran Data BPJS

Kasus kebocoran data BPJS, baik BPJS Kesehatan maupun BPJS Ketenagakerjaan, menjadi salah satu insiden keamanan siber terbesar di Indonesia. Pada tahun 2021, sekitar 279 juta data peserta BPJS Kesehatan dilaporkan bocor dan diperjualbelikan di forum gelap. Data yang bocor mencakup informasi sensitif seperti nama, NIK, nomor telepon, alamat, hingga rincian gaji. Insiden ini menimbulkan kerugian besar, termasuk potensi penyalahgunaan data untuk kejahatan siber dan gangguan terhadap kepercayaan publik terhadap institusi terkait. Namun, pihak BPJS Ketenagakerjaan membantah bahwa kebocoran tersebut berasal dari sistem mereka setelah melakukan investigasi ulang pada tahun 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun