Trend diet dengan defisit kalori menjadi semakin populer di kalangan masyarakat, terutama di era media sosial yang mempromosikan tubuh ideal. Dari kalangan remaja hingga dewasa melakukan diet ekstrem untuk mencapai berat badan yang ideal secara cepat. Namun, di balik hasil yang cepat, ada risiko besar terhadap kesehatan yang sering kali diabaikan oleh para pelakunya.
Diet ini dilakukan dengan mengurangi asupan kalori harian tubuh. Misalnya, seseorang memiliki kebutuhan kalori harian sebesar 2000 kkal. Kemudian, ia hanya mengonsumsi 1800 kkal per hari. Maka, bisa dikatakan bahwa orang tersebut telah melakukan defisit kalori sebanyak 200 kkal. Tubuh setiap harinya melakukan pembakaran kalori, jadi jika seseorang melakukan defisit kalori saat melakukan pembakaran tubuh akan mencari sumber lain sebagai bahan bakar. Sumber lain yang biasa digunakan oleh tubuh untuk menggantikan kalori adalah lemak-lemak ekstra di beberapa bagian tubuh, seperti perut, paha, pinggul, dan sebagainya. Pembakaran lemak-lemak ekstra untuk menggantikan kalori inilah yang dapat memicu penurunan berat badan.
Trend ini menunjukkan ke sisi yang baik bahwa masyarakat Indonesia melakukan diet sehingga mengurangi angka obesitas. Karena tak terelakkan tingkat obesitas di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2023, tercatat bahwa prevalensi obesitas Indonesia mencapai 23,4% untuk orang dewasa usia di atas 18 tahun. Angka ini nyaris setengah dari prevalensi status gizi normal di Indonesia yang sebesar 54,4%. Hal ini berarti, sekitar 1 dari 5 penduduk Indonesia mengalami obesitas. Â Selain di antara penduduk dewasa, angka obesitas juga meningkat secara signifikan pada anak-anak. Data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan prevalensi obesitas sekitar 19,7% pada anak usia usia 5-12 tahun dan 16% pada anak usia 13-15 tahun.
Namun hal ini menimbulkan permasalahan baru, karena sebagian pelaku diet memakan informasi mentah-mentah mengenai cara defisit kalori. Sebagian orang menganggap bahwa jika melakukan diet hanya makan lebih banyak sayur dan buah. Padahal pada kasus defisit kalori kebutuhan nutrisi seperti karbohidrat, protein yang sering sengaja dilupakan sangat penting. Hal ini disebut dengan diet ekstrem, diet ekstrem cenderung membatasi asupan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh, seperti karbohidrat, lemak sehat, dan vitamin. Pembatasan ini dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, seperti gangguan metabolisme, defisiensi nutrisi, dan penurunan daya tahan tubuh.
Karena itu, peran ahli gizi disini sangat penting. Ahli gizi sendiri memiliki tugas untuk melaksanakan program pembinaan terhadap pelayanan gizi masyarakat. Peran ahli gizi disini adalah memberikan informasi yang spesifik, sesuai permintaan, pada waktu yang tepat dan dalam bentuk yang tepat, informasi yang dapat dipahami oleh pasien dan dapat diterapkan dalam kehidupannya. Prinsip Ahli Gizi modern bukanlah penyampaian informasi umum tentang nutrisi, tetapi rekomendasi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. Dengan demikian, terjadi pergeseran dari pendekatan yang kaku ke pengobatan diet pada pasien obesitas, di mana alih-alih meresepkan diet yang bertujuan untuk menurunkan berat badan, pasien diberi ruang untuk keterlibatan aktif mereka sendiri.
Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk mengikuti trend diet tertentu, sangat penting untuk mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan jangka panjang. Konsultasi dengan ahli gizi atau profesional kesehatan sangat dianjurkan untuk memastikan bahwa diet yang diikuti tidak membahayakan tubuh. Dengan pendekatan yang bijaksana, kita dapat mencapai tujuan kesehatan tanpa harus mempertaruhkan kesehatan kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H