Mohon tunggu...
Elizza Yuliantari
Elizza Yuliantari Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

Seorang Pujakusuma Putri Jawa kelahiran Sumatera pada 27 Juli 1993. Sebuah catatan seorang pujangga dari Asia Barat 😆 era peradaban Plastik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Angin Apa Ini? Dinginnya Seperti Sembilu

7 Mei 2024   01:10 Diperbarui: 7 Mei 2024   01:42 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penyesalan datang saat aku menjabat hangat khas orang demam tangan mamakku Selasa 30 April 2024 lalu saat aku bertemu di Jombang acara pernikahan sepupu. Mengapa saat itu aku tidak membawa mamakku periksa ke dokter atau layanan terdekat. Mengapa aku hanya menanyai saja dan percaya saat mamakku mengatakan "ora popo Lis" Ga papa Lis. Namun penyesalan ini cukup sampai di sini. Saat sebuah peristiwa buruk terjadi, aku dilarang untuk berkata seandainya aku begini, begitu. Tapi katakanlah Qodarullah wa ma sya a fa'al. Ini adalah Takdir Allah dan Apa Yang Allah Kehendaki, Dia Lakukan. Begitulah dulu aku diajarkan oleh Abi Atang. 

Aku menghela nafas perlahan menyadari bahwa beberapa hal dapat aku jadikan pelajaran yang berfaedah dan begitu juga dengan handai taulan. 

1. Gawai memang bisa mengalihkan perhatian dari kerunyaman pikiran tapi kerunyaman pikiran bila diisi dengan dzikir jauh lebih melegakan lagi menentramkan dan tak meninggalkan sesal. 

2. Kita tidak tahu kapan kita berjabat tangan dengan ibu, sepenting itu! bila bertemu jangan lupa salim dan berjabat tangan dengan mahrom. 

3. Bila ibu berkata baik-baik saja, ada kalanya kita perlu memberi perhatian dan kasih sayang yang lebih dari biasanya. 

4. Biarpun dalam keadaan duka saat memesan tiket perjalanan harus tetap bijaksana dan jernih secara berkala. 

Mamakku Ibu Suryati memang telah pergi tapi aku masih selalu ingat agar tak boleh sombong saat kehidupan kelak sudah menjadi berpunya lagi berada. Meski mamaku tak pernah menceramahi tapi mamakku selalu tampak lega dan nerima pada setiap keadaan sulit yang ia lewati dengan mengatakan "wis takdire Lis, sudah takdirnya Lis" 

Mamakku yang menyadari kekurangan yang ia miliki dan juga hati yang luas lagi baik untuk bisa berbagi. Naiknya yang kadang ia jadikan humor untuk menghibur diri. 

Mamakku istri yang senantiasa berusaha taat sepenuh hati. ibu yang berdedikasi tinggi dan juga kerabat yang berusaha untuk bersinergi. 

Mamakku aku akan mengunjungi yang telah pergi. 

Tulisan ini diselesaikan di hawa dingin kereta Argo Dwipangga yang baru saja tiba di stasiun Cirebon. Selasa 7 April 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun