Aku berjalan dengan membawa karung di pundakku jumlahnya tak dapat ku hitung
Aku tertatih dan sesekali aku berteduhÂ
Rasanya ingin ku letakan semua karung ini, tapi aku masih sayang dan tak rela. Masih ingin ku bawa kemanapun kaki ini melangkah. Karung-karung ini seperti belahan jiwaku tak dapat ku pisahkan dariku.
Perlahan ku letakan karung ini, ku tengok dengan berani. Bum! Aku kaget.
Ternyata karung ini adalah kepedihan, dihakimi, tak pernah cukup, kesepian, selalu salah dan terbebani dengan hutang Budi.
Sedikit demi sedikit peluh ini mengering, tapi akankah lukaku ini juga mengering.
Aku begitu berat melepas semuanya tapi ku tak sanggup. Ku tutup mataku sekejap aku terpana dengan senyumnya. Senyum pria yang dulu ku sayangi dengan hati dan pikiranku. Lalu bayangan itu pergi
Seperti bulan suci ini, Ramadhan yang akan segera pergi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H