Saat masih menjadi mahasiswa dulu. Saya memiliki hobi membaca novel yang bergenre  sejarah, post kolonialisme atau novel keluaran terbaru pada masa kini.
Saat itu saya ingin sekali berteriak saat tangan saya menyentuh buku yang sudah lusuh, warna kertasnya lawas. Kuning keorenan seperti  warna jeruk kusut. Wangi kertasnya pun mirip kulit jeruk.
Ada sekitar 4 judul novel lawas yang sudah saya tonton semua filmnya. Alih-alih membiarkan saja  novel itu di rak. Saya pun langsung membacanya.  Dari keempat novel tadi. Bagi saya pribadi ada  sebuah film yang sangat mengesankan. Karena bisa jadi film ini sangat biopik bagi saya yang menyukai sesuatu yang berbau Cina. Kenapa? karena konon leluhur saya orang Dayak  Tionghoa.  Lalu sebenarnya apa itu film biopik.
Kata Film tentu sudah diketahui oleh banyak khalayak.  Film merupakan salah satu dari bentuk karya seni di bidang sastra berbentuk  audio dan visual. Adapun biopik sesuatu yang berkaitan dengan biografi. Cerita nyata bagaimana seseorang dulu pernah menjalani kehidupan semasa ia masih hidup.
Cerita seseorang dalam menjalani kehidupan tentu memiliki banyak sekali pesan, perjuangan, kebahagian dan juga penderitaan. Hal itu memang begitu adanya. Tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri. Karena bicara tentang kehidupan manusia. Tentu juga berbicara tentang penderitaan, Â perjuangan dan kebahagian insan manusia itu sendiri.
Tentu menarik saat kisah seorang manusia yang yang dinamis fluktuatif tidak monoton diramu dengan epic sehingga memberi pengalaman batin dan akal bagi yang menyaksikan. Tidak hanya untuk merilekskan ketegangan setelah seminggu bekerja. Atau pun aktifitas rutin yang menjebak. Ini Dia film biopik yang perlu segera Anda tonton.
Lalu apa judul film yang sangat berkesan bagi saya. Sedikit bocoran Film ini berasal  Tionghoa. Banyak Cerita Rakyat Tionghoa yang di adaptasi menjadi film layar lebar. Salah satunya adalah Sampek Engtay.
 Berkisah tentang seorang perempuan bangsawan yang menyamar menjadi laki-laki agar bisa menempuh pendidikan formal di sekolah. Saat itu perempuan belum banyak mendapatkan akses pendidikan.
Terlahir dari keluarga bangsawan dan sangat memandang penting pendidikan. Maka bagaimanapun caranya orang tua Engtay berusaha dengan segenap cara agar anak perempuannya bisa mendapatkan pendidikan terbaik. Yaitu dengan cara menyamar menjadi laki-laki.
Hal itu cukup mencolok di mana mengirim anak perempuan sekolah tentu melanggar aturan yang ada.
Di dalam masa menempuh pendidikan Engtay  tentu mengalami kesulitan bagaimana ia menyembunyikan identitasnya sebagai seorang perempuan. Di tengah perjuangannya menutupi identitasnya sebagai perempuan. Engtay tidak mampu membohongi perasaannya bahwa ia jatuh hati dengan Sampek. Hal menjadi rumit karena tidak mungkin seorang laki-laki menikahi laki-laki. Engtay diketahui sebagai seorang lelaki.