Mohon tunggu...
Elizza Yuliantari
Elizza Yuliantari Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

Seorang perempuan, seorang anak, seorang Ibu, seorang Istri juga seorang manusia. Bukan pecinta kopi tapi penikmat beras kencur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kepergian Elmira

14 Desember 2022   16:46 Diperbarui: 14 Desember 2022   16:51 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini adalah hari Rabu, di mana awan mendung dan hujan turun untuk wilayah Banguntapan Yogyakarta. selain awan yang mendung. hatiku pun sedih tidak terbendung.

anakku, Elmira Habba Ainy mangkat. aku menyebutnya anak, karena sudah menjadi kebiasaan bila menjadi Musyrifah pendamping asrama akan menyebut semua anak yang tinggal di asrama anaknya. sudah menganggap anaknya sendiri, meski umur saat itu hanya berjarak 8 tahun lebih tua. saat itu mungkin panggilan kakak lebih tepat ditujukan padaku, dibanding ustadzah.

jangan heran, ustadzah versi Indonesia dan versi negara Arab berbeda ya gais. di negara Arab yang memakai gelar ustadzah secara keilmuan sudah mumpuni sudah level profesor bila dilihat dari sudut pandang karier pendidikan. Di Indonesia kebanyakan yang menyandang gelar ustadzah adalah mereka yang berkecimpung di dunia agama Islam, khususnya iklim pesantren, Madrasah dan Ma'had.

Kenangan itu kini kembali muncul dalam benakku, tentang Elmira yang aku temui saban pagi menjelang subuh. nada suara dan cara bicaranya masih terdengar jelas. cara memakai jam tangan, cara memakai kerudung, ekspresi wajahnya bila tidak sepakat tetap taat meski dalam hati ingin mendebat. Selain itu masih kuingat, lembaran kertas berisi surat-surat pendek selalu dipegang erat sembari melepas penat dengan istirahat di ujung malam.

Kertas itu pemberian ibunya. Ibunya yang tetap perhatian membuatku terkesima. caramu berjalan dari ujung tangga menuju dapur depan kamarku terbayang jelas Elmira. gayamu membawa piring bahkan berlari mengejar bakwan Kawi masih kuingat jelas.

Darimu aku belajar taat, kendati hati ingin mendebat, Selamat jalan Elmira. semoga Rahmat Allah menyertaimu. aku meminta maaf tidak mampu menghantarkan keperistirahatan terakhirmu. Aku bersaksi engkau anak yang baik. Elmira Habba Ainy  Putri kecintaan penyejuk mataku.

di bawah rintik rinai hujan, Sawo 14 Desember 2022

Elizza Yuliantari. S.S.,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun