Mohon tunggu...
Elizza Yuliantari
Elizza Yuliantari Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

sebuah memoar dalam bentuk tulisan sebelum ingatan berlalu bersama laju waktu

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sebuah Hasil Gaya Parenting Ala Keluarga Baswedan

4 November 2022   10:10 Diperbarui: 4 November 2022   10:13 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tahun 2012 adalah tahun berkesan bagiku sebagai seorang Mahasiswa semester 2 Jurusan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

Tahun itu menjadi sangat berkesan karena tahun itu aku cukup banyak mengikuti berbagai kegiatan di kampus. muatan dari interaksi yang aku peroleh saat itu bagiku, seorang wanita dewasa awal yang berusia 19 Tahun merasa menjadi seorang manusia yang kaya akan pengalaman spiritual, intelektual dan sosial.

pada masa itu Program Indonesia Mengajar sedang hype sedang most wanted and most happening. saat itu juga aku berkeinginan untuk mengikuti program itu. aku sangat ingin mengajar di daerah timur Indonesia seperti daerah Papua atau Nusa Tenggara. rasa ingin tahuku akan Indonesia timur amat kuat.

sayang seribu sayang aku tidak memenuhi kualifikasi untuk mengikuti program tersebut sehingga mengikuti seminarnya saja bagiku sudah sangat cukup dan membuatku merasa puas.

saat itu alumni program Indonesia Mengajar adalah anak depan fakultasku alias anak FEB Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Meski akronim FEB sering diplesetkan menjadi Fakultas Elmu Budaya karena letak geografis yang amat dekat dengan FIB.

kembali lagi pada seminar Indonesia Mengajar tersebut. saat itu gedung Graha Saba Pamana terasa begitu penuh. banyak mahasiswa dan akademisi yang hadir. tidak hanya kalangan Gadjah Mada saja melainkan beberapa kampus swasta dan negri juga ikut hadir.

seminar berjalan sebagaimana biasanya. dimulai dari pembicara pembuka para alumni program yang cukup menghibur karena kapasitasnya yang serba bisa dimulai dari memimpin kegiatan agama Tahlilan, mengajar tentunya juga hingga mampu membuat sebuah program yang menjadi legacy mereka selama mengabdi. saat itu legacy dari alumni program tersebut adalah mendatangkan tower pemancar sinyal Indosat di tempat ia ditugaskan. 

saat itu gagasan baru memasuki alam pikiranku bahwa barangkali kemampuan kita untuk mengadakan barang-barang, fasilitas penunjang terbatas tapi kita masih punya kesempatan asal kita mau terbuka, ringan tangan menjadi penggerak menjadi penghubung, kelak cepat atau lambat apa yang menjadi kebutuhan mendasar bisa tercapai.

Gaya jenaka anak ekonomi yang serba bisa tadi juga dilengkapi dengan keahliannya bermain surfing. saat ia menceritakan kembali kisahnya melalui foto ia si atas papan seluncur mengundang gelak kagum dari peserta yang hadir. ia menceritakan kisahnya bukan untuk tujuan bagaimana ia begitu hebat. dari cara kisah itu disampaikan sebagai pendengar aku tahu bahwa ia hanya murni berbagi apa yang punya berupa pengalaman bukan untuk ajang jumawa sebagai kelas atas.

ingatan itu sudah cukup jauh karena sepuluh tahun yang lalu ada beberapa pembicara lain yang hadir juga saat itu menceritakan kisahnya di daerah lain. meskipun ingatan itu sudah cukup jauh ada sebuah perasaan lega dan nyaman saat di mana Pak Anies Baswedan sebagai alumni FEB memberi kata sambutannya. pada saat itu ada sebuah pertanyaan dari seorang penanya. Bagaimana Bapak Anies dulu dibesarkan hingga muncul gerakan Indonesia mengajar ini.

lalu dengan santai pak Anies menjawab saat saya masih kecil saya tidak pernah merasa kalau saya sedang diajari atau disuruh. saat itu saya suka sekali bersepeda, sehingga saya tidak pernah merasa saya sedang dilatih dididik untuk berani ketika ayah saya menyuruh membeli koran di sekitar stasiun tugu. kemudian pak Anies mempersilahkan ayahnya untuk berdiri memberi salam kepada para peserta dengan "Monggo Mbah" sebuah kalimat yang bernilai halus dan sopan kepada orang tua bagi masyarakat Jawa khususnya Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun