Bahasa menunjukan bangsa. Sebuah pribahasa yang familiar bagi anak usia Sekolah Dasar tahun 2000-an. Â tidak dinyana saat aku duduk di bangku kuliah pribahasa itu terdengar kembali untuk kedua kali dalam hidupku. aku sempat kaget mendengar pribahasa itu keluar dari dosenku, karena saat itu kami sedang membahas perkembangan sastra dari masa ke masa. sebelum mengenal sastra dari masa ke masa kita perlu tahu bagaimana sebuah kata bisa "bernyawa".Â
aku pun heran di dunia ini selain tumbuhan, hewan dan manusia ada lagi rupanya yang bernyawa yaitu kata. karenanya banyak persahabatan yang putus karena kata, romansa yang kandas karena kata bahkan hubungan pernikahan yang suci pun bisa berakhir karena kata. kata adalah sebuah hadiah dari Tuhan Semesta untuk manusia. dengannya hubungan yang semula telah patah tanpa dera bisa kembali dengan kata. hubungan negara yang saling berperang bisa menjadi tetangga. begitu juga dengan rasa lara bisa kembali pada tempatnya tanpa dendam. ada beberapa cara untuk melihat  sebuah kata seberapa kuat ia bernyawa salah satunya dengan pasangan nominal.Â
dalam bahasa Arab  syauqun berarti rindu dan  syaukun berarti duri. Rindu itu menyakitkan seperti duri. ucapan itu begitu tepat di hatiku.
bagi seorang yang sedang kasmaran rindu adalah candu. rindu menyakitkan juga melenakan. kini aku tersadar aku telah bersamamu orang yang kurindukan dalam mahligai yang halal
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI