Mohon tunggu...
Rheza Anjaya
Rheza Anjaya Mohon Tunggu... -

mahasiswa universitas padjadjaran jurusan ilmu pemerintahan, supel dan ramah, senang membaca buku dan berdiskusi mendapatkan amanah sebagai Presidum nasional Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu sosial dan politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Media, Demokrasi, dan Politik

3 Agustus 2011   13:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:07 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Terdapat celotehan di masyarakat media mana hari ini yang tetap menjaga independensinya? ,terlihat media – media sudah menjadi pasar yang empuk dalam membangun opini publik dalam menjaga aktor – aktor politik yang berkuasa , terdapat analisis yang seharusnya menjadi peran media dalam memberikan pencerdasan kepada masyarakat, Asumsi yang mendasari adalah, pertama media adalah sebuah institusi dan aktor politik yang memiliki hak-hak. Kedua, media dapat memainkan berbagai peran politik, diantaranya mendukung proses transisi demokrasi, dan melakukan oposisi Asumsi utama dalam kajian demokratisasi adalah, semakin press independent dengan semakin besar kebebasan yang dimiliki maka akan memberi kontribusi positif padaperubahan politik, mendukung transisi demokrasi dan meruntuhkan rejim yang otoritarian. Dengan kata lain, media dapat memainkan peranan yang sangat besar khususnya pada saat babakpolitik dalam transisi, karena media dapat bertindak sebagai agen perubahan, Jika kita menggunakan paradigma Peter D. Moss (1999), akan terlihat bagaimana wacana media massa, termasuk berita surat kabar, merupakan konstruk kultural yang dihasilkan ideologi, karena sebagai produk media massa, berita surat kabar menggunakan kerangka tertentu untuk memahami realitas sosial. Lewat narasinya, surat kabar menawarkan definisi-definisi tertentu mengenai kehidupan manusia: siapa pahlawan, siapa penjahat; apa yang baik dan apa yang buruk bagi rakyat; apa yang layak dan apa yang tidak layak untuk dilakukan oleh seorang pemimpin; tindakan apa yang disebut perjuangan (demi membela kebenaran dan keadilan); isu apa yang relevan dan tidak (Eriyanto, analisis Framing: X). perlu ada auto kritik terhadap media menjadi alat suatu kepentingan politik tertentu, bukan menjadi sarana pencerdasan terhadap masyarakat tetapi pada akhirnya hanya memberikan informasi yang mengarahkan kepada kepentingan tertentu atau bersifat membodohi masyarakat, sebagai kaum intelektual maka dari itu tugas kita semua memberikan pemahaman dan pencerdasan kepada masyarkat awam kita bongkar habis terhadap media yang mbalelo , dalam rangka memperbaiki kulur demokrasi indonesia dan itu tidak dapat dilakukan secara individu namun secara bersama – sama mendorong demokratisasi indonesia lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun