Mohon tunggu...
MADANIYAH NUR
MADANIYAH NUR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas Hasyim Asy'ari

Membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Etika: Tawuran Antar Pelajar Luka Mendalam di Dunia Pendidikan

24 September 2024   13:26 Diperbarui: 24 September 2024   13:39 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan merupakan sebuah proses yang dapat terjadi secara terus menerus dalam kehidupan setiap individu melalui pengajaran sehingga akan menghasilkan kemampuan, pengetahuan , bakat, kecakapan dan minatnya untuk dikembangkan. Selain itu, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan pribadi seseorang. Melalui Pendidikan dapat menjadi wadah untuk melahirkan generasi-generasi yang terdidik dan berakhlak mulia. Tolak ukur keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari terwujudnya tujuan dari pendidikan tersebut. salah satunya adalah terbentuknya peserta didik yang bermoral dan berEtika.

Etika sendiri berasal dari Bahasa Yunani yaitu Etos yang artinya kebiasaan atau watak. Keberadaan Etika sangat penting bagi seseorang karena dapat mempengaruhi cara mereka berperilaku dengan lingkungan di sekitarnya. Dalam dunia Pendidikan etika menjadi hal yang tidak bisa diabaikan, Karena etika memiliki pengaruh besar dalam perkembangan karakter, moral, dan kemampuan peserta didik.

Permasalahan etika dalam ranah Pendidikan di Indonesia hingga kini tak kunjung usai. krisis etika terus menjadi masalah yang sering terjadi setiap tahunnya dan mirisnya pelaku dari krisis etika ini banyak dari kalangan kaum muda atau pelajar. Salah satu contohnya yang sering kita temui adalah aksi tawuran antar pelajar. Kasus ini menjadi fenomena yang banyak terjadi dikalangan pelajar di Indonesia. Tak sedikit dari kalangan pelajar seolah-olah aksi tawuran ini menjadi agenda rutinan sepulang sekolah, sebagai kegiatan "ekstrakulikuler". Dalam tanda kutip ungkapan ini menjadi gurauan terhadap tawuran yang sudah menjadi agenda rutin pelajar setelah pulang sekolah (pelajar pelaku tawuran).

Tawuran antar pelajar sepertinya menjadi permasalahan klasik yang sering menjadi subjek pemberitaan di berbagai media. Peristiwa tawuran ini bukan lagi sekedar kenakalan remaja. Tidak hanya dilingkungan sekolah atau sekitar saja. Namun banyak kita temui tawuran terjadi di jalan-jalan umum, tidak jarang disertai dengan merusak fasilitas publik. Di samping itu, kasus tawuran telah menjurus pada Tindakan kriminal karena sudah terjadi pembunuhan. Faktor-faktor yang menyebabkan tawuran antar pelajar biasanya berawal dari masalah kecil. Contohnya seperti pertandingan,menatap antar sesama pelajar, saling mengejek, atau kata-kata yang dianggap sebagai candaan dapat menjadi dasar untuk tawuran.

Selain faktor diatas, ada juga tawuran antar-pelajar yang telah menjadi tradisi. Biasanya ini terkait rivalitas sekolah yang sudah turun temurun. Biasanua diperkuat oleh rasa kesetiakawanan dan solidaritas yang tinggi. Sehingga kelompok pelajar tersebut membalas perlakuan yang telah diterima oleh temannya walaupun itu masalah pribadi. Oleh karena itu seringkali tawuran merupakan perilaku kelompok. Ada yang dari Sejarah, tradisi, dan cap yang lama melekat pada satu sekolah yang terindoktrinasi dari siswa senior kepada juniornya (Inggried Dwi Wedhaswary Op.Cit).

Dari beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya tawuran antar pelajar tersebut, maka dapat dikategorikan menjadi dua, yakni Faktor internal yang mana faktor ini berasal dari dalam diri pelajar itu sendiri dan faktor Eksternal dari luar diri pelajar.

1. Faktor internal 

Faktor-faktor ini biasanya mengacu pada kondisi atau karakteristik yang berhubungan dengan aspek aspek psikologis dalam diri remaja  tersebut. Faktor ini diantaranya adalah :

a. Krisis identitas

Ketidakmampuan seorang pelajar sebagai remaja untuk menemukan jati diri mereka sendiri, atau proses pencarian identitas. Merupakan penyebab terjadinya  krisis identitas. Ketika identitas diri belum baik, maka seringkali muncul perilaku menyimpang sebagai bentuk mengekspresikan diri atau mencari pengakuan dari kelompok.

b. Kontrol diri yang lemah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun