Pendidikan memiliki suatu peranan yang sangat penting dalam mewujudkan suatu sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat dipengaruhi oleh proses dari pembelajaran yang diterima. Proses pembelajaran yang baik merupakan pembelajaran yang dapat mengembangkan suatu kemampuan berpikir yang dibutuhkan dalam abad 21 yaitu kemampuan yang berpikir kritis, pemecahan masalah, berkolaborasi, dan berkomunikasi dengan baik (Kulsum & Nugroho, 2014). Dari ilmu pendidikan yang sudah terjadi pada saat ini bahwa dunia terus berubah sehingga setiap orang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang baru untuk mengelola suatu kehidupan mereka sehari-hari (Lenher & Wurzenberger, 2013).Â
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen yaitu: siswa, guru, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi. Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Isi pelajaran adalah segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran adalah cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan. Media Pembelajaran adalah bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa. Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya (Ahmad Jamroni, 2012: 01)
Peranan IPS di sekolah sebagai kebutuhan masyarakat yang tengah berkembang menuju masyarakat yang sejahtera. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bagian integral dari kurikulum pembelajaran di persekolahan, selayaknya disampaikan secara menarik dan penuh makna dengan memadukan seluruh komponen pembelajaran secara efektif. IPS sebagai disiplin ilmu yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap dinamika perkembangan masyarakat. Menurut Numan Sumatri (2004: 44), IPS di sekolah adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu ilmu sosial, psikologi, filsafat, ideologi negara dan agama yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Bunyamin Maftuh (1999: 1) menyatakan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial disusun melalui pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.Â
Sementara National Council for Social Studies (NCSS, 1994:3) mengacu pada kajian Social Studies, dijelaskan bahwa: "Social studies are the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and the natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world ".Â
Melalui penjelasan lisan saat penyajian materi bias disebut dengan metode ceramah yang dilakukan oleh guru kepada siswa-siswinya. . Sedangkan Metode yang mengajarnya cukup paradoksal. bahwa metode ceramah juga merupakan suatu metode dimana guru yang menyajikan suatu materi melalui penuturannya dan disampaikan kepada siswa.Â
Pengalaman belajar kepada siswa diberikan kepada siswa melalui kegiatan yang sudah tersusun sehingga pengalaman yang didapatkan siswa tentang pengetahuan tentang Ilmu Pengetahuan Sosial yang dipelajari, cerdas, terampil, mampu memahami dengan baik bahan yang diajarkan, sehingga keberhasilan belajar didapat sendiri ditunjukkan pada materi.Â
Dari hasil belajar terjadinya suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang bisa diamati dan diukur dari bentuk pengetahuannya sikap dan keterampilan Astuti (2003:3) juga menyatakan hasil dari belajar merupakan perubahan tingkah laku dari siswa yang mencakup bidang afektif, kognitif dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.Â
Metode pembelajaran adalah salah satu pendukung dimana proses pembelajaran itu menjadi bermakna. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Sumiati & Asra (2009: 15) bahwa dalam proses suatu belajar mengajar, 2 faktor yang amat penting adalah metode pembelajaran dan media pembelajaran. Lebih lanjut Uno Hamzah (2008: 2) juga mengungkapkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu. Metode pembelajaran menyajikan informasi atau pemahaman baru menggali pengalaman peserta belajar, menampilkan hasil unjuk kerja peserta belajar dan lain-lain.Â
Metode pembelajaran memegang peranan penting dalam rangkaian sistem pembelajaran, untuk itu diperlukan kecerdasan dan kemahiran guru dalam memilih metode pembelajaran. Agar tujuan belajar baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor dapat tercapai, maka metode pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu lebih banyak menekankan pembelajaran proses (Sumiati dan Asra, 2009: 91). Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Proses pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan suatu pembelajaran karena ketika pembelajaran itu dilakukan dengan cara yang menyenangkan, maka materi-materi yang dipelajari akan mudah diterima dan dimengerti oleh siswa.
Dari hasil pembahasan yang sudah diperoleh bahwa angket yang diperoleh bahwa siswa yang memilih setuju dari pada tidak setuju, dari 22 siswa yang memilih setuju berjumlah 15 dan 7 siswa tidak setuju. Dan dari hasil wawancara dan observasi di temukan permasalahan guru menggunakan metode ceramah dan tidak ada alat bantu seperti alat peraga yang digunakan saat pembelajaran berlangsung sehingga terdapat permasalahan siswa kurang dalam memahami materi Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah dijelaskan. Berdasarkan tes hasil belajar, ketika siswa selesai diberikan materi yang diberikan pada guru kemudian siswa diminta untuk menyelesaikan soal yang berisi 10 soal sehingga kkm yang didapat siswa tidak mencapai kkm, dikarenakan guru hanya mengajar dengan menggunakan metode konvensional dan tidak ada alat bantu berupa media atau alat peraga. Jika guru menggunakan metode pembelajaran dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang lain seperti metode cooperative learning mungkin siswa dapat saling bertukar pikiran atau beradu pendapat dengan berkelompok sehingga mempermudah menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.Â
Dari hasil yang didapat saat mengerjakan soal kurang memahami apa yang guru sampaikan dalam menerima pembelajaran disebabkan siswa tidak memahami dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Sehingga nilai kkm yang harus diperoleh siswa 70 namun siswa banyak yang mendapatkan nilai dibawah 70 siswa yang sudah tuntas memenuhi kriteria ketuntasan minimal KKM yaitu 12 siswa (65%) dan siswa yang belum tuntas 10 siswa (35%) sehingga hasil belajar tergolong masih sangat kurang (65%) dikarenakan guru pada saat mengajar hanya menggunakan metode-metode konvensional saja pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. pembelajaran tradisional dan tidak ada alat peraga atau alat bantu dalam pembelajaran. Hal ini juga yang menjadi akibat mengapa hasil belajar matematika di MTs Al-Maarif 03 Singosari sangat kurang.Â