Mohon tunggu...
Rizki Zulfitri
Rizki Zulfitri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sarjana Pendidikan Olah Raga | Atlet Sepak Bola Amatir | Blogger: http://rizkizulfitri-kiena.blogspot.com/ | Tertarik dengan jurnalistik dan masih belajar menjadi penulis yang baik dan benar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ada Kemesraan Aceh dan Papua di Askopma Unsyiah

24 April 2014   00:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:17 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_321137" align="aligncenter" width="600" caption="Askopma Unsyiah (foto: www.up4b.go.id)"][/caption]

Tampak seorang pemuda berusia dua puluh tahunan sedang berjalan dengan ayunan langkah kaki yang agak dipercepat. Parawakannya begitu asing, tampak berbeda dengan pemuda-pemuda di sekitarnya. Dengan tas ransel warna hitam Ia menuju sebuah tempat sambil sesekali melempar senyum hangat khasnya.

Yopie, begitulah pemuda itu biasa disapa. Laki-laki kelahiran Timika, Papua ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Aceh. Ia kini sudah memasuki semester ke empat berkuliah di kampus jantung hati rakyat Aceh itu. Selama menetap di Aceh, Yopie tinggal di kompleks Asrama Putra milik kampus Unsyiah.

Orangnya ramah dan bersahaja, tak lupa Ia menyapa kala saya bertemu dengannya sore itu. Kami pun larut dengan obrolan-obrolan santai bak dua sekawan yang telah kenal lama. Yopie pun mulai bercerita tentang kesannya selama menetap di tanah Serambi Mekkah.

“Aku betah di sini bang, orang Aceh baik-baik,” ujarnya dengan logat timur yang sangat kental.

Laki-laki bertubuh tegap ini tak sungkan menceritakan kesehariannya selama di tanah perantauan. Kadang Ia membanding-bandingkan banyak hal tentang Aceh dan Papua yang terdengar lucu.

“Papua dengan Aceh itu sama-sama mahal. Tapi kalau di Papua aku tidak pernah makan nasi di warung. Orang Papua tidak suka makan di warung, kami kalau mau makan harus masak sendiri bang,” ceritanya polos.

Obrolan kami menjadi sedikit serius ketika membahas tentang pendidikan di tanah Papua. Yopie sangat menyayangkan adanya kesenjangan pendidikan antara Papua dan daerah lain di Indonesia. “Di Papua pendidikan masih kurang sekali. Guru juga kurang, lapangan pekerjaan di sana banyak tapi orang Papua sekolahnya tidak tinggi bang,” ujarnya miris.

Suasana agak hening saat penulis mencoba menanyakan tentang kebutuhan spiritualnya selama berada di tanah rencong. “Aku kalau hari minggu pergi ke Sembahyang ke Peunayong bang,” ujarnya.

Ya, masalah agama memang persoalan sensitif. Yopie adalah seorang Kristiani, saban minggu dia harus ke Gereja untuk beribadah. Sedangkan kita tahu Aceh adalah provinsi yang masyarakatnya mayoritas muslim dan kental dengan tradisi keislamannya. Tapi itu bukan menjadi hambatan bagi Yopie untuk tetap dekat dengan Tuhannya. Rasa toleransi orang Aceh yang tinggi membuatnya tetap tenang dan nyaman beribadah.

Indonesia Satu

Pertengahan tahun 2012 lalu Yopie bersama 31 mahasiswa dari Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pertama kali menginjakkan kaki di tanah rencong. Mereka datang bukan untuk main-main, di pundak mereka lah masa depan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat berada.

Yopie adalah salah satu dari ratusan mahasiwa asal Papua yang telah lulus seleksi mengikuti program Afirmasi Pendidikan Tinggi. Program ini merupakan kerjasama antara Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen Dikti, Kemdikbud) serta Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B).

Putra-putri terbaik Papua tersebut mendapat kesempatan mengenyam pendidikan di 39 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di 29 kota di Indonesia. Unsyiah adalah salah satu PTN yang mendapat kepercayaan dari Kemendikbud untuk menampung putra-putri harapan Papua itu.

[caption id="attachment_321138" align="aligncenter" width="460" caption="Yopie dkk (foto: facebook.com)"]

1398244967168017573
1398244967168017573

[/caption]

Tercatat kini sudah ada dua angkatan putra-putri Papua yang menuntut ilmu di Unsyiah. Angkatan pertama datang pada September tahun 2012 lalu, sedangkan angkatan kedua pada pertengahan tahun lalu. Mereka berguru di berbagai disiplin ilmu yang ada di kampus Unsyiah.

Selama di Aceh duta-duta Papua itu menetap tidak berjauhan, mereka tinggal dan berbaur dengan mahasiswa lainnya di dalam kompleks Asrama Koperasi Mahasiswa (Askopma). Putra Papua tinggal di kompleks Asrama Putra Unsyiah, sedangkan yang putri mendiami Asrama Kompas Unsyiah. Kedua asrama tersebut letaknya sangat berdekatan, jarak untuk menuju kampus juga hanya sekitar satu kilometer saja.

Di dalam kompleks Askopma ini terjadi proses pembauran yang melahirkan begitu banyak cerita. Askopma Unsyiah dahulunya hanya dihuni oleh mahasiswa-mahasiswa asal Aceh dari berbagai latar suku, mulai dari suku Aceh, Gayo, Kluet dan Alas. Kini dengan hadirnya teman-teman dari Papua membuat Askopma menjadi semakin kaya akan keberagaman.

Mahasiswa-mahasiswa Papua itu mampu bersosial dengan baik. Mereka tak sungkan-sungkan lagi bercengkrama bersama teman-teman Acehnya. Kadang mereka ikut bermain futsal dan bola voli bersama di lingkungan Askopma, atau duduk bercerita sambil menikmati senja seperti saya dan Yopie lakukan hari itu.

Semua yang tinggal di Askopma ini menyatu tanpa berpikir perbedaan yang ada pada mereka. Perbedaan suku, agama dan ras bukan menjadi penghalang untuk hidup bersosial. Hidup penuh toleransi dan rasa saling menghargai menjadi kunci keharmonisan.

Kita seperti melihat Indonesia mini ada di kompleks asrama yang sudah cukup tua ini. Indahnya melihat kemesraan putra-putri Aceh dan Papua di dalam satu tempat yang mungkin belum pernah kita saksikan di manapun. Aceh berada di ujung barat, Papua di ujung timur Indonesia, tapi semua serasa terasa dekat.

Mengutip kata-kata Yopie di akhir pembicaraan kami kala itu “Kita semua sama, Orang Aceh dan Papua sama bang,”

Ya, kita sama teman, kita Indonesia.

=====

@RizkiZulfitri

Mahasiswa Program Profesi Guru LPTK Unsyiah, juga tinggal di salah satu unit Askopma Unsyiah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun