Oleh Muhammad Zeinizen*
Setelah berdiri selama sebelas tahun, adalah penting untuk menyimak perkembangan Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai). Pergantian bupati menyebabkan irama pemerintahan di daerah itu juga berubah setahun terakhir. Menarik untuk mengetahui, apa kabar Sergai hari ini.
Jika merunut kebelakang, tentu banyak yang kagum dengan lesatan kemajuan hasil pemekaran Kabupaten Deli Serdang ini. Walau segelintir orang juga mencibir karena menilai keberhasilan itu hanya merupakan iklan di media massa semata, namun mau tidak mau mereka juga harus mengakui, Sergai memiliki magnet tersendiri.
Tak mudah juga untuk mendapatkan gelar sebagai kabupaten pemekaran terbaik di Indonesia. Kunjungan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ke sana dua kali pada tahun 2008, menunjukkan betapa saat itu Sergai yang dipimpin duet Tengku Erry Nuradi-Soekirman benar-benar menjadi sorotan. Belum lagi setumpuk penghargaan dan gelar yang diraih di tingkat nasional. Semua tropi itu sampai-sampai tidak mampu memenuhi rak lemari penghargaan di ruangan kerja Bupati dan Wakil Bupati Sergai kala itu.
Perkembangan politik menyebabkan Tengku Erry Nuradi meninggalkan jabatan sebagai Bupati Sergai, lalu dilantik menjadi Wakil Gubernur Sumut terpilih, dan pada Juli 2013 Soekirman dilantik sebagai bupati. Kini pemerintahan Sergai dijalankan pasangan Soekirman-Syahrianto, namun bersamaan dengan itu juga seperti terasa ada yang berkurang. Ada greget yang hilang. Dinamika apa yang berubah?
Persoalan Tuah Badan
Jika ditilik latar belakangnya Soekirman-Syahrianto, merupakan duet yang sangat memahami pendekatan ke masyarakat. Soekirman yang kelahiran Lubukpakam besar bersama lembaga yang konsen terhadap pertanian. Dia juga sebelumnya dosen di Fakultas Pertanian USU, dan tentu saja punya pengalaman dalam pemerintahan selaku Wakil Bupati Sergai sebelumnya. Sementara Syahrianto mantan Ketua KPU Sergai, juga dikenal sebagai aktivis lingkungan, petani di masanya.
Hanya saja kesannya, mereka belum bisa menghadirkan langgam seperti yang diharapkan. Duet baru ini seolah belum padu. Memang, menjalankan roda pemerintahan tidaklah mudah. Banyak persoalan yang harus diselesaikan dengan tatakelola yang baik dan benar, namun Sergai saat ini terkesan tidak bergerak lebih maju lagi. Sepi penghargaan, sepi prestasi, dan ada beragam masalah.
Kesan-kesan ketidakpuasan terekam di kalangan warga. Walau tidak sampai meruyak ke permukaan, namun tetap saja ada kesan, jika pemerintahan yang sekarang seperti tidak punya arah dan lesu darah. Bahkan kesan, tidak adaTuah Badan. Berbeda dengan era kepemimpinan Erry-Soekirman, hampir delapan tahun.
Tidak ada program-program unggulan yang bisa menjadikan sebuah pemerintah kabupaten itu mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakatnya. Lihat saja infrastruktur Sergai saat ini banyak yang sudah harus mulai diperbaiki pasca dibangun beberapa tahun lalu. Tingkat kejenuhan lalu lintas yang melintasi Perbaungan, Sei Rampah sebagai pusat pemerintahan, dan juga kota-kota di perlintasan Jalinsum sangat menyesakkan. Belum lagi banyak lahan di Sergai dibiarkan berubah fungsi dari kawasan pertanian menjadi kawasan permukiman tanpa bentuk.
Lalu kerusakan hutan di sepanjang garis pantai Sergai yang harusnya segera tertangani. Persoalan irigasi, pemenuhan bidang pendidikan, kesehatan dan juga pertanian di kampung-kampung yang memerlukan irigasi yang memadai. Hal inilah yang harusnya menjadi perhatian pokok ketimbang urusan administrasi rutin seperti pergantian pejabat dan bagi ancak proyek.
Malahan yang muncul, sepertinya hanya mengejar target-target tertentu yang sifatnya klise semata, yakni pencitraan untuk maju kembali. Di sisi lain, kalangan terdekat atau lingkaran sekitar tidak memberikan dukungan yang positif akan arti penting pencitraan yang bersih pada diri Soekirman. Sikap-sikap pamer dan aji mumpung malah lebih terlihat saat ini. Sungguh kalau ini yang mengemuka, yang ada hanya akan menjadi catatan buram di masa depan.
Membangun Pemerintahan yang Baik
Kapasitas Soekirman plus Syahrianto sudah banyak yang mengenalnya dengan baik, namun sepertinya ada masalah dalam mengkomunikasikan kebijakan-kebijakan yang tengah mereka lakukan. Publik tidak mendapat informasi yang cukup, kecuali memang tidak ada perkembangan yang hendak dikomunikasikan.
Asalkan jangan sampai dalam di sisa akhir masa jabatan malah komunikasi pembangunan dan komunikasi pemerintahan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sikap-sikap terabas terhadap masa lalu dan kemudian mendiamkan kalangan ‘’sekitar’ yang bertarung di luar dari citra yang baik, tentunya menjadi sebuah pilihan yang kurang baik. Atau bisa jadi ini hanyalah masalah komunikasi. Ada persoalan yang tidak terkomunikasikan dengan baik kepada berbagai kalangan, sehingga daya dukungnya dalam pembangunan menjadi berkurang.
Dalam pengertian yang sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas, dengan tujuan agar masyarakat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan.
Situasi ini harus diatasi, komunikasi patut menjadi bagian dari upaya menjadi pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean government). Sebagaimana dipahami, ada empat elemen penting dari pemerintahan yang baik dan bersih yaitu (1) accountability, (2) transparancy, (3) predictability, dan (4) participation.
Tanpa keinginan mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih tidak mungkin melakukan pembangunan dengan baik. Kurangnya perhatian terhadap pemerintahan yang baik dan bersih akan mendorong terciptanya praktik monopoli, korupsi, kolusi dan nepotisme. Sebab itu penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih merupakan bahagian yang sangat penting dari sebuah proses demokrasi.
Penutup
Tentunya ke depan, di sisa setahun masa pemerintahan Soekirman-Syahrianto, perlu ada gebrakan lebih dari sekedar merombak SKPD semata. Gebrakan itu bukan sekedar instan namun perlunya gebrakan yang panjang dan mampu memberikan dampak yang positif bagi masyarakat ke depan. Pola partisipasi pembangunan yang lebih baik tentunya akan sangat bisa membantu bagi kemajuan Sergai ke depan. Sergai memiliki potensi besar untuk maju.
Tentunya program pembangunan itu tidak sekedar programsapu jagat. Namun pembangunan itu harus menyentuh langsung ke masyarakat. Tata kelola pembangunan dan perencanaan wilayah harus benar-benar menyentuh langsung ke masyarakat. Tentunya jika diperlukan, Soekirman dapat menggunakan kemampuannya mendalang sebagai salah satu upaya menyampaikan pesan-pesan pembangunan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H