Bismillah. Kebiasaan tumbuh karena biasa. Memulai dari mencatat dari apapun uang yang keluar dalam sehari-hari bisa menjadi pencegahan dalam menahan keinginan dalam euforia semarak dalam bulan mulia ini. Setelah seharian puasa, hawa nafsu memang akan mendorng diri ingin lebih banyak dibandingkan butuh dalam melihat sesuatu, seperti makanan ringan untuk pembatal puasa.Â
Terlihat kecil memang harga yang tertera dari makanan ringan tersebut, tapi setelah terakumulasi dalam sebulan penuh ada yang tak sehat dalam finansial ramadan ini. Mungkin catatan pengeluaran bisa membantu dalam pengingat diri bahwa sebenarnya sudah berapa banyak keuangan ini mengikuti hawa nafsu dibandingkan kebutuhan sesungguhnya.Â
Tak mudah bukan berarti tak bisa, butuh kesungguhan dan pertolongan Allah subhanahu wa ta'ala atas kesadaran tanggung jawab atas rezeki-Nya tersebut hingga akhirnya taufik-Nya membuat diri lebih bijak dalam memilah antara kebutuhan dan keinginan.Â
Sering kali diri ini bertanya acak terkait hal yang berkaitan baju baru apabila sedang membahas hari raya, setelah ramadan. Karena memang semarak potongan harga dan juga iklan yang dikemas menarik sudah bertebaran dengan tema tersebut. Dan ada yang menjadikan sebuah budaya semarak hal baru terkait menyambut hari raya idul fitri seperti baju baru, terlihat dari brand yang memunculkan tema khusus untuk hal tersebut.Â
Jawaban dari beberapa responden pun beragam, dan memang subjektif tergantung kembali seseorang memandang tanggung jawabnya dalam apa yang dimiliki. Namun, ada jawaban yang menarik, tidak perlu baru bajunya karena masih banyak di lemari yang terpakai, nanti kalau beli lagi dan akhirnya jarang dipakai bukannya akan ditanya manfaat barang tersebut?ah tidak mau menjadi mubazir, jawab seseorang.Â
Lalu, terpikir kembali mungkin yang beli baju baru memang suka berganti model pakaian setiap hari, sehingga nantinya tidak mubazir. Tidak ada yang tahu alasan yang pasti atau niat dalam hati seseorang jadi berusaha memberikan uzur lebih baik. Dan apapun yang kita pilih terkait semarak bulan mulai ini, semoga Allah subhanahu wa ta'ala menolong kita dalam pilihan terbaik hingga tidak melupakan kesehatan secara finansial.
Pada suatu kesempatan, diri ini bertanya kepada seorang teman yang bekerja dalam bidang keuangan tentang bagaimana dia mengelola keuangan sebagai orang yang mahir dalam bidang tersebut. Jawaban intinya bahwa untuk dia sendiri tidak ada aturan baku dalam mengelola finansial, karena meskipun terbiasa bekerja dalam bidang keuangan dalam aplikasinya subjektif terkait finansial, karena kebutuhan dan keinginan setiap orang berbeda.Â
Lalu, bagaimana memulai memilah kebutuhan dan keinginan?yang paling sederhana adalah menjaga pandangan mata, karena mata menjadi pembuka otak mentransfer neutransmitter yang memicu hormon pemicu keinginan yang tak dibutuhkan diri. Seraya membangun kebiasaan mencatat transaksi keungan harian sebagai bentuk tanggung jawab atas rezeki-Nya. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala mudahkan iktiar kita dalam membangun finansial sehat selama ramadan tahun ini. Baraakallhu fiikum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H