Mohon tunggu...
Lily Trisnawati
Lily Trisnawati Mohon Tunggu... Teknisi - Hamba Allah yang sedang belajar dan memanfaatkan sains untuk kehidupannya

Langit yang biru senantiasa menggemakan suara indahmu ~Rumi~ ...Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS Az Zumar: 53)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ruang di Labu Takar

19 Desember 2020   07:25 Diperbarui: 19 Desember 2020   07:44 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak sengaja aku bertanya kepada diri sendiri kenapa labu takar harus kuisi larutan sesuai batas yang diberikan?jawabannya karena agar semua larutan bisa tercampur dengan sempurna, lalu aku mencoba mengimplemetasikan dalam kehidupan berupa makna bahwa diriku yang ingin bersosialisasi dengan orang lain agar bisa memberikan ruang tersebut. Ketika aku mungkin ingin bercengkerama dengan orang lain lebih lama, aku perlu mendengar, memerhatikan, dan menerima apa yang dia ungkapan agar bisa mengalir diskusi tersebut.

Cara memberikan ruang untuk orang lain terlihat sederhana ya?tapi setelah ku telusur kembali makna itu ternyata ada penjelasan yang ingin kubagikan. 

Labu takar itu awalnya kosong, hanya berisi spesifikasi volume larutan hingga batas tera. Jadi ada banyak yang bisa digunakan, sesuai kebutuhan. Misal kalau ingin membuat larutan 100 mL, aku butuh labu 100 mL. berarti ada labu takar yang di leher labunya ada batas untuk mengisi larutan itu. Sepertinya bisa disebut labu takar juga karena batas di labu bisa untuk menakar jumlah larutan.


Selanjutnya aku mengisi larutan sampai dengan batas tersebut, lalu menyatukan larutan tersebut. Kenapa perlu disatukan, karena dalam labu tersebut terdiri atas beberapa komponen larutan, dan seperti sulap yang akhirnya memberikan warna larutan ketika akhirnya komponen tersebut bertemu. 

Tapi warna larutan yang nampak tidak bisa langsung menyatu, bisa hanya berada di larutan atas atau bawah. Aku perlu mengocoknya karena ada jarak antara batas volume dengan tutup labu, seperti di gambar. Jarak tersebut ketika aku menggerakkan bolak-balik membuat larutan akhirnya menyatu.

Sepertinya belum ada bayangan seperti apa ya?hehe


Larutan yang berwarna tersebut aku umpamakan diriku. Diriku yang mempunyai watak bawaan dari kedua orang tua, lalu bergaul di lingkungan membawa karakter tambahan atau semakin memaknai watak bawaan yang semuanya itu akan memberikan warna tanpa sadar untuk diriku. Warna yang butuh usaha untuk aku terima sebagai ada apanya diriku ini agar warna tersebut jelas terlihat. Bagaimana terlihatnya?

seperti labu takar tadi, aku butuh memberikan ruang untuk orang lain dalam memunculkan ada apanya diriku dengan bercengkerama, diskusi, dan bentuk sosialisasi lainnya. Seperti halnya ruang yang ada di labu takar mencampurkan larutan hingga akhirnya warna larutan menyatu dengan indah, diriku bisa mencontoh seperti itu agar warna dalam diri menyatu dengan indah dan menjadikan apa adanya diriku. Semoga juga bisa untuk kamu. 

Ada lagi, materi dalam larutan itu banyak yang tak terlihat dengan mata telanjang bagaimana susunannya sehingga bisa menghasilkan warna yang indah tersebut. Begitu juga diriku yang tidak bisa sepenuhnya bisa melihat apa yang ada dalam diriku, tapi aku selalu diberikan kesempatan oleh Allah untuk belajar dalam mencari dan akhirnya memaknai susunan tersebut.


Labu takar yang dibuat manusia saja bisa mempunyai tujuan lalu bagaimana ciptaan Allah swt. pasti selalu ada tujuannya. Mungkin waktu yang akhirnya membedakan dalam menemukan dan akhinya ingin menggapai tujuan itu. Dan diriku, adalah salah satu ciptaan-Nya di dunia. Lalu Allah menciptakan memberikan lingkungan yang akhirnya membuat aku belajar. Maha Besar Allah atas segala ciptaan-Nya. Semoga aku selalu bisa memaknai apa yang Allah ciptakan sebagai jalan untuk mendekat kepada-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun