Bunuh diri merupakan topik serius yang tidak kalah penting. Bunuh diri dilatar belakangi oleh berbagai hal, mulai dari masalah keluarga, masalah ekonomi, gangguan mental yang terabaikan, dan masih banyak lagi. Menurut data World Health Organization (WHO) sebanyak 700.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat bunuh diri. Artinya, satu jiwa melayang setiap 40 detik. Angka ini mencerminkan urgensi untuk mengambil langkah nyata, salah satunya yaitu dengan menanamkan kesadaran tentang pentingnya mempelajari kesehatan mental sejak dini.
Di Indonesia, kasus bunuh diri tengah menjadi sorotan, khususnya pada kalangan remaja. Berdasarkan data dari Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) tercatat 988 kasus bunuh diri dalam kurun waktu 9 bulan (2024).
Salah satu kasus yang menggemparkan yaitu kasus bunuh diri seorang mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya, yang ditemukan tewas setelah melompat dari lantai 22 gedung kampus pada September 2024. Mahasiswi berinisial SNV (20) tersebut diduga mengalami tekanan emosional akibat putus cinta.
Kasus ini mengungkapkan betapa pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental di kalangan mahasiswa, yang sering kali menghadapi tekanan akademik dan kehidupan pribadi yang rumit. Kesehatan mental memang perlu diperhatikan, bukan berarti lemah, tetapi tekanan yang tidak sesuai kemampuan bisa memicu gejala gangguan kesehatan mental.Â
Adapun gejala gangguan kesehatan mental sebagai berikut :
- Overthinking yang berlarut-larut
- Gangguan pemusatan pikiran
- Rasa sedih atau gelisah yang tak kunjung hilang
- Susah tidur
Solusi :Â
Dengan menciptakan lingkungan yang harmonis, adanya dukungan dari keluarga maupun lingkungan sekitar, serta bimbingan konseling yang mudah dijangkau sangatlah penting untuk mengatasi gangguan mental sebagai bentuk pencegahan bunuh diri.Â