kusebut demikian
pada sebuah bangku tua Â
sudut taman remang-remang
juga gugur daun yang latah
adalah pertemuan waktuÂ
seperti malam ini,
saat dadamu demikian girang
seperti gerimis, seperti sapa kekasih
hingga pada matanya engkau jatuh cinta
menyebut berulang-ulang purnama
padahal bulan itu, ia masih bengkokÂ
tak mengapa, Tuan
bukankah cinta itu serta-merta?
acap buta dari yang benar
juga rancu dalam menalarÂ
kemudian, kukatakan
tangkaplah satu kunang-kunang itu
jika bengkok adalah purnama
: tak mengapa
Karena cinta selalu membuat lupaÂ
Bahkan dengan duka yang kau tanam di jantungku.
Kiara Vie, 22062016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H