Sumber Gambar : https://www.tren.co.id/1003/pelajaran-kebahagian-dari-penjual-bensin-eceran.html
Selasa, 6 Desember 2014 dibawah udara bogor nan dingin, penulis dari pukul lima lewat lima menit sudah memacu kendaraan roda dua menuju stasiun Bogor. Melewati jalan jalan perkampungan yang sepi, penulis sempat mengamati penduduk sekitar saat itu terlihat belum banyak yang melakukan aktifitas. Warung warung sembako masih pada tutup, dipangkalan ojek tampak belum ada motor yang nangkring dan penjual gorengan yang biasa membuka lapak di pinggir jalanpun belum menampakan batang hidungnya.
Selang tujuh menit menempuh perjalanan, tiba tiba sepeda motor yang penulis kemudikan mendadak mati dan tidak bisa di starter. Welaaah… Malang nian nasibku pagi ini. Mau cari bala bantuan kemana coba? Berteriak meminta tolong warga? Rasa rasanya tidak mungkin karena kondisi cuaca masih gelap dan di lokasi perkampungan belum terlihat adanya tanda tanda kehidupan. Yang bisa penulis lakukan saat itu hanya bisa ‘Pasrah’ sambil menunggu datanggnya keajaiban dan berharap adanya kemunculan sesosok warga yang bisa dimintakan tolong membeli bensin ke lokasi POM terdekat.
Saat otak ini tidak mampu lagi berfikir karena udah kadung mentok, penulis akhirnya disapa keajaiban. Seorang perempuan berkaos putih dengan setelan celana piyama pendek, tiba tiba keluar dari pintu rumahnya, “kenapa dengan motornya mas? Tanya wanita itu sembari memegang gantungan kunci di lengan kanannya. Motor saya mogok mb, kayaknya kehabisan bensin! Jawab penulis. Sejurus kemudian wanita muda itu berjalan menuju bangunan beton berbentuk kotak yang lokasinya sekitar lima meter tepat di depan rumahnya, ukuran bangunan beton itu panjangnya kira kira dua meteran dengan tinggi sepaha, pada salasatu bagian sampingnya terpasang pintu kayu dikunci dengan setelan gembok.
Entah apa yang hendak beliau lakukan terhadap bangunan beton itu. Dan tidak berselang lama, dengan kunci yang di pegannya, gembok yang menempel di pintu kayu segera ia buka, kemudian melalui tangan kanannya dikeluarkanlah botol Aqua berisi bensin eceran berukuran satu liter sembari wanita muda itu bertanya “butuh berapa liter mas?? Subhanallah, perasaan penulis yang awalnya linglung dan bergejolak karena takut terlambat kerja seketika berubah serasa diguyur air hujan, suasana pikiran berubah menjadi sejuk. Ternyata pagi ini motor penulis mogok tepat di depan rumah penjual bensin eceran. Alangkah lega nya hati ini, atas pertolongan Tuhan, melalui penjual bensin eceran tadi penulis terselamatkan dari ancaman bolos kerja.
Satu hikmah yang bisa dipetik dari kejadian diatas adalah : Pertama, gara gara musibah motor mogok, penulis jadi tahu kalau jalur perkampungan yang selama ini sering penulis lintasi terdapat rumah penduduk yang menjual bensin eceran. Sehingga satu saat jika dikemudian hari terjadi masalah serupa, penulis tidak usah bingung harus berbuat apa. Kedua, tatkala kita mendapat ujian dan merasa sudah tidak punya daya serta upaya dalam mencari solusi terbaik, maka jalan satu satunya adalah yakinlah bahwa pertolongan Allah itu sangat dekat. Ia akan datang dari berbagai arah dan kehadirannya sama sekali tidak bisa kita duga.
Coretan ini diangkat dari kisah nyata yang penulis temukan pagi tadi ketika hendak berangkat kerja dari rumah menuju stasiun Bogor.
Jakarta, 6 Januari 2015
Salam santun’
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H