Mohon tunggu...
Kang Miftah
Kang Miftah Mohon Tunggu... Administrasi - Kontributor Kompasiana

Kompasianer 2012 Hp : 081586662186

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tuhan Hadir Ketika Saya Dilanda “Galau”

16 Desember 2014   16:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:12 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14186972981005295221

Koleksi Foto Pribadi


Empat hari lalu, tepatnya Jum’at 12 Desember 2014 pukul lima lebih duapuluh menit, dengan menggunakan motor penulis sudah beranjak meninggalkan rumah menuju stasiun bogor. Dibawah suhu udara yang dingin pagi itu, kendaraan roda dua yang penulis kemudikan melaju dengan kecapatan tinggi dan suhu dinginnya mampu menembus pori pori kulit. Sesampainya di gerbang gapura perumahan tempat penulis bermukim, penulis menyaksikan sesosok perempuan berkerung merah sedang berjalan menuju pangkalan angkot yang lokasinya berjarak kurang lebih duapuluh meter dari gapura perumahan, dan penulis mengajaknya untuk berangkat bareng. Ajakan seperti ini sering penulis lakukan dan berlaku pada siapa saja yang secara kebetulan berpapasan atau bertemu di dijalan, karena angkot nomor 15 Jurusan Sindang Barang – Bogor yang melintasi komplek perumahan jumlahnya masih sangat terbatas..

Persis seperti yang penulis duga, wanita itu langsung menerima ajakan tersebut dan beliau secara kebetulan punya tujuan yang sama, yaitu stasiun bogor. Selama dalam perjalanan, penulis coba membuka pembicaraan dengannya. Obrolan pun mengalir dan kami saling bertanya seputar pekerjaan, lokasi tempat bekerja dan sesekali mengomentari para sopir angkot yang seenaknya ngetem di jalanan serta mengeluhkan ulah para PKL nakal yang menjadikan trotoar sebagai tempat jualan, padahal tindakan tersebut jelas jelas dilarang oleh pemerintah Kota Bogor. Pagi itu sungguh perjalanan yang menyenangkan, karena penulis punya teman ngobrol dan jalanan kota bogor yang biasanya dipadati kendaraan, terlihat lebih lengang sehingga kami lebih awal tiba di stasiun bogor.

Di jam HP waktu sudah menunjukan pukul lima lebih empat puluh lima menit. Berarti waktu tempuh antara rumah penulis ke stasiun bogor memakan waktu kurang lebih duapuluh lima menit. Sesampainya di depan pintu masuk parkiran motor stasiun Bogor, ketika penulis merogoh kantong celana hendak mengambil kartu akses masuk stasiun (electronic card) yang tersimpan di dalam dompet, ternyata dompetnya tidak ada. “Duh!! Jangan jangan dompet saya Jatoh?? Tanya penulis dalam hati. Kalau betul hilang mau tidak mau penulis harus kembali pulang. Tanpa dompet itu penulis bisa mati gaya karena semua uang dan kartu identitas pribadi (SIM, STNK, ATM, Kartu Kredit, NPWP, Kartu Asuransi kesehatan) ada disana, termasuk kartu khusus yang biasa di gunakan sebagai akses masuk kantor.

Dibalik rasa galau yang amat sangat, satu menit berselang HP penulis tiba tiba berbunyi, panggilan itu dari sang istri. Beliau mengabarkan kalau dompet penulis ketinggalan dirumah, seketika penulis langsung berucap syukur. Hati ini sedikit lebih lega. Namun PR selanjutnya adalah bagaimana caranya supaya penulis bisa ngantor tepat waktu, sementara kalau harus kembali kerumah sudah pasti terlambat dan jika dipaksakan berangkat ngantor, di saku celana tidak ada uang sama sekali. Setelah memutar otak untuk cari solusi terbaik, daripada penulis tidak masuk kantor akhirnya penulis memberanikan diri meminjam uang sama perempuan yang penulis bonceng itu. Singkat cerita penulis dikasih uang pinjaman sebesar lima puluh ribu rupiah dengan harapan uang tersebut bisa mencukupi kebutuhan transportasi bolak balik Bogor Jakarta dan akan diganti keesokan harinya.

Alhamdulilaah, atas kejadian itu ada hikmah yang bisa penulis petik. Penulis amat yakin bahwa di dunia ini hukum alam berlaku bagi manusia. Barang siapa menanam kebaikan atau berbuat baik kepada sesama, maka yang kuasa akan membalasnya dengan seribu kebaikan yang kedatangnya tidak bisa kita duga. penulis sempat tertegun, kalau saja waktu itu penulis tidak mengajak si perempuan berkerudung untuk berangkat bareng, penulis tentunya akan bolos kerja dan siap siap menerima omelan dari atasan, mengingat jatah cuti penulis sudah habis dan harus menanggung beban menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. Maha besar Allah yang telah menyelamatkan kegundahan penulis dan telah menunjukkan satu bukti tentang janjiNYA yang tersiarat dalam al’Quran “Allah tidak akan memberi ujian diluar batas kemampuan manusia” dan selama kita berbuat yang terbaik kepada Allah dan Makhluknya, maka Allah akan memberikan yang terbaik juga untuk kita..

Salam santun

Jakarta, 16/12/2014



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun