Era Revolusi Industri 4.0 telah membawa transformasi besar dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan. Teknologi digital, artificial intelligence (AI), dan Internet of Things (IoT) kini menjadi landasan utama dalam upaya modernisasi pembelajaran. Namun, di balik gencarnya revolusi teknologi ini, sekolah swasta—terutama di daerah terpencil dan dengan sumber daya terbatas—menghadapi tantangan besar dalam beradaptasi. Ketimpangan antara sekolah negeri yang sering mendapatkan subsidi besar dan sekolah swasta yang harus mandiri semakin memperparah disparitas kualitas pendidikan di Indonesia.
Sebagai institusi yang sering bergantung pada pendanaan dari masyarakat atau yayasan, banyak sekolah swasta mengalami kendala dalam menyediakan fasilitas teknologi yang memadai. Ketidakmampuan mengakses perangkat pembelajaran berbasis digital, seperti komputer, tablet, atau koneksi internet berkualitas, menyebabkan siswa di sekolah swasta tertinggal jauh dibandingkan siswa di sekolah negeri unggulan. Di sisi lain, tenaga pengajar di sekolah swasta juga menghadapi kesulitan dalam mengakses pelatihan berbasis teknologi, yang menghambat upaya mereka dalam mengintegrasikan metode pembelajaran berbasis digital.
Penelitian yang relevan oleh Rachman et al. (2023) menunjukkan bahwa dari 150 sekolah swasta yang disurvei di tiga provinsi di Indonesia, sebanyak 72% tidak memiliki laboratorium komputer yang memadai, dan 68% guru di sekolah swasta melaporkan kurangnya pelatihan terkait teknologi pendidikan. Sebaliknya, sekolah negeri di wilayah yang sama mencatatkan persentase lebih tinggi dalam ketersediaan fasilitas teknologi (85%) dan partisipasi guru dalam pelatihan berbasis digital (90%). Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan infrastruktur dan pengembangan kapasitas SDM di sekolah swasta menjadi hambatan signifikan dalam menghadapi tuntutan era 4.0.
Selain itu, penelitian oleh Suryanto et al. (2022) menemukan bahwa siswa di sekolah swasta cenderung memiliki skor literasi digital yang lebih rendah dibandingkan siswa sekolah negeri, terutama di wilayah rural. Studi ini mengungkap bahwa kurangnya akses teknologi di sekolah swasta berdampak langsung pada kemampuan siswa dalam menggunakan teknologi untuk pembelajaran. Siswa di sekolah swasta juga merasa kurang percaya diri dalam menghadapi pembelajaran berbasis teknologi karena minimnya eksposur terhadap perangkat digital.
Untuk mengatasi tantangan ini, penelitian ini merekomendasikan strategi kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam meningkatkan akses teknologi di sekolah swasta. Kebijakan insentif berbasis pajak untuk perusahaan yang mendukung pendidikan swasta dan penyediaan pelatihan teknologi bagi guru menjadi langkah penting untuk mengurangi ketimpangan pendidikan. Langkah ini juga didukung oleh temuan dari studi global oleh UNESCO (2023), yang menyatakan bahwa kolaborasi publik-swasta dalam bidang pendidikan mampu meningkatkan akses teknologi sebesar 40% di sekolah-sekolah dengan sumber daya terbatas.
Dengan demikian, artikel ini tidak hanya mengungkap realitas pahit yang dihadapi sekolah swasta, tetapi juga memberikan kontribusi pada diskusi kebijakan yang relevan untuk menciptakan pendidikan yang lebih inklusif dan berkeadilan di Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI