Mohon tunggu...
Pahriah
Pahriah Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa S3 Universitas Pendidikan Ganesha

Menulis adalah cara kita berbicara dengan dunia, menyampaikan ide dan perasaan yang mungkin tak bisa diungkapkan dengan kata-kata biasa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menggali Akar Tantangan dan Peluang Filsafat Pendidikan Pancasila di Era Globalisasi

28 November 2024   04:18 Diperbarui: 28 November 2024   07:41 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.irishtimes.com/culture/heritage/irish-roots-1.1847957

Pendidikan Pancasila di Indonesia memiliki peran sentral dalam membentuk karakter bangsa dan memperkuat identitas nasional. Sebagai dasar negara dan pandangan hidup, Pancasila mengajarkan nilai-nilai luhur yang mengedepankan kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan bersama. Namun, di tengah pesatnya arus globalisasi, nilai-nilai Pancasila menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Pengaruh budaya asing, kemajuan teknologi, dan perubahan pola hidup membawa dampak terhadap cara pandang generasi muda terhadap Pancasila. Artikel ini akan membahas tantangan yang dihadapi dalam pengembangan filsafat pendidikan Pancasila di Indonesia, serta bagaimana kita dapat menghadapinya untuk memperkuat karakter bangsa di era globalisasi.

 Tantangan Pengembangan Filsafat Pendidikan Pancasila

Pengaruh Budaya Asing yang Kuat. Globalisasi membuka akses yang luas terhadap berbagai budaya asing, baik melalui media sosial, film, musik, maupun produk-produk budaya lainnya. Nilai-nilai individualisme, konsumtivisme, dan kebebasan tanpa batas sering kali lebih menarik bagi generasi muda dibandingkan dengan nilai-nilai kolektivisme, keadilan sosial, dan gotong royong yang diajarkan oleh Pancasila. Hal ini menciptakan tantangan besar bagi pengembangan pendidikan Pancasila, yang bertujuan untuk menanamkan kebersamaan dan rasa tanggung jawab sosial kepada setiap warga negara.

Kesulitan Mengintegrasikan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari. Filsafat pendidikan Pancasila sering kali terjebak dalam pembelajaran teori yang jauh dari kenyataan hidup. Dalam praktiknya, banyak aspek pendidikan Pancasila yang belum dapat terhubung dengan kehidupan sehari-hari para siswa. Padahal, Pancasila seharusnya bisa menjadi pedoman dalam setiap tindakan nyata baik di sekolah, di masyarakat, maupun dalam kehidupan pribadi. Tanpa adanya integrasi yang kuat antara konsep dan praktik, generasi muda akan kesulitan untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan mereka.

Ketidaksesuaian Antara Pemahaman Pancasila dengan Keteladanan Pemimpin. Keteladanan dari pemimpin adalah aspek penting dalam pengembangan filsafat pendidikan Pancasila. Namun, banyak pemimpin yang tidak menunjukkan konsistensi dalam mempraktikkan nilai-nilai Pancasila. Ketika pemimpin tidak menerapkan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, dan kepedulian terhadap masyarakat, maka akan ada kesenjangan antara apa yang diajarkan dalam pendidikan dan realitas yang dihadapi oleh generasi muda. Krisis keteladanan ini menjadi salah satu tantangan besar dalam pengembangan filsafat pendidikan Pancasila di Indonesia.

Dampak Teknologi dan Media Sosial terhadap Nilai Sosial. Perkembangan teknologi dan media sosial mempengaruhi cara berinteraksi dan berkomunikasi di kalangan generasi muda. Meskipun teknologi memberikan kemudahan dalam akses informasi, media sosial sering kali lebih menekankan pada pencapaian pribadi dan kebebasan tanpa batas, yang berlawanan dengan nilai-nilai Pancasila yang menekankan pentingnya kebersamaan dan keadilan sosial. Ini menjadi tantangan besar dalam pengembangan filsafat pendidikan Pancasila yang mengajarkan pentingnya nilai-nilai sosial yang mengutamakan kepentingan bersama.

 Peluang dan Solusi dalam Mengembangkan Filsafat Pendidikan Pancasila

Menghubungkan Pendidikan Pancasila dengan Kehidupan Sehari-hari. Pendidikan Pancasila harus lebih dari sekadar teori yang diajarkan di kelas. Siswa perlu diberi kesempatan untuk merasakan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan mereka. Mengintegrasikan Pancasila dalam kegiatan sehari-hari, seperti dalam aktivitas gotong royong, toleransi, dan kepedulian sosial, akan memperkuat pemahaman mereka terhadap konsep-konsep tersebut. Pancasila harus menjadi panduan praktis dalam berinteraksi dengan sesama, bukan hanya teori yang dipelajari dalam buku.

Pemanfaatan Teknologi untuk Menyebarkan Nilai Pancasila. Teknologi dan media sosial dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyebarluaskan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda. Dengan memanfaatkan platform digital seperti video edukatif, kampanye sosial, dan aplikasi berbasis Pancasila, generasi muda dapat lebih mudah mengakses dan memahami ajaran Pancasila dalam bentuk yang lebih menarik dan relevan dengan kehidupan mereka. Ini adalah peluang besar untuk mengadaptasi pendidikan Pancasila dengan perkembangan zaman.

Pemimpin Sebagai Teladan dalam Praktik Pancasila. Pemimpin yang baik harus menjadi contoh nyata dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila. Pemimpin yang adil, jujur, dan peduli terhadap kesejahteraan rakyat akan menginspirasi generasi muda untuk mengamalkan Pancasila dalam kehidupan mereka. Keteladanan dari pemimpin sangat penting dalam membentuk karakter bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, persatuan, dan kesejahteraan sosial.

Meningkatkan Kolaborasi dan Gotong Royong dalam Masyarakat. Pancasila mengajarkan pentingnya gotong royong dan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, pengembangan filsafat pendidikan Pancasila harus melibatkan kolaborasi antara individu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Program-program yang mengajak masyarakat untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah sosial, seperti pengelolaan lingkungan atau pemberdayaan ekonomi, akan memperkuat nilai-nilai Pancasila dan mempererat rasa kebersamaan di tengah keragaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun