Melalui kurikulum yang terbatas dan tidak menggali secara mendalam aspek-aspek sosial atau sejarah, pendidikan bisa membuat individu tidak menyadari ketimpangan yang ada dalam masyarakat, dan malah memperkuat struktur kekuasaan yang ada.
Dengan kata lain, pendidikan yang tidak membebaskan bisa menciptakan ketergantungan dan keterbatasan dalam berpikir, yang pada akhirnya menjaga agar perubahan sosial tidak terjadi. Dalam sistem pendidikan seperti ini, orang lebih cenderung menerima hal-hal yang ada tanpa pertanyaan, tanpa mencoba mengubah keadaan.
Di masa kini, meskipun kemajuan teknologi dan informasi telah membuka banyak akses, pendidikan masih sering digunakan untuk mempertahankan struktur sosial yang ada. Ketidaksetaraan akses pendidikan, serta kurikulum yang tidak mendukung perkembangan berpikir kritis, membuat banyak orang tetap terjebak dalam pola pikir yang terbatas.Â
Ketika pendidikan hanya mentransfer pengetahuan tanpa mengajarkan cara berpikir secara kritis, hal itu bisa memperkuat ketidaksetaraan dan mengekang kebebasan berpikir.
Pendidikan sebagai Sarana Pembebasan
Namun, pendidikan juga memiliki potensi besar untuk menjadi sarana pembebasan. Ketika pendidikan didesain untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kesadaran sosial, ia dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk mengubah masyarakat.Â
Pendidikan yang membebaskan mengajarkan bahwa pengetahuan bukan hanya untuk memperoleh kekuasaan, tetapi untuk memahami kondisi sosial dan bertindak untuk perubahan.
Sebagai contoh, Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed menekankan bahwa pendidikan yang benar adalah yang membuat individu mampu berpikir secara mandiri, memahami realitas sosial mereka, dan terlibat dalam proses perubahan sosial. Pendidikan seperti ini tidak hanya memberi pengetahuan, tetapi juga memberdayakan individu untuk berjuang melawan ketidakadilan.
Pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kesetaraan. Dalam pendidikan seperti ini, anak-anak belajar bahwa mereka berhak atas kehidupan yang lebih baik dan memiliki kekuatan untuk berjuang memperjuangkan hak-hak mereka.
Â
Kesimpulan