Mohon tunggu...
Ni Ketut Erawati
Ni Ketut Erawati Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa S3 Undiksha-Dosen Universitas PGRI Mahadewa Indonesia-

Saya adalah seorang dosen pendidikan matematika yang sedang studi S3 Ilmu Pendidikan di Universitas Pendidikan Ganesha. Menulis artikel ilimiah populer adalah hobi baru saya, semoga tulisan saya bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan sebagai Instrumen Kekuasaan

13 Desember 2024   15:40 Diperbarui: 13 Desember 2024   14:32 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan adalah sebuah proses yang berlangsung seumur hidup, di mana individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai melalui pengalaman, pembelajaran, dan pengajaran. Tujuan utama pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi individu, baik secara intelektual, sosial, emosional, maupun fisik, sehingga dapat berfungsi dengan baik dalam masyarakat. Pendidikan formal dilakukan semenjak SD hingga perguruan tinggi. Tujuan utama orang menempuh Pendidikan adalah menambah, memperluas dan memperdalam suatu bidang ilmu, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk suatu maksud tertentu, baik untuk memenuhi tuntutan di dunia kerja ataupun untuk mengejar kekuasaan.

Pendidikan bukan hanya proses transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga merupakan instrumen penting dalam memperkuat dan mempertahankan kekuasaan. Dalam banyak konteks, kekuasaan yang dimiliki oleh individu, kelompok, atau negara tertentu sering dimanfaatkan untuk mengatur dan mengendalikan sistem pendidikan demi kepentingan politik, ekonomi, dan sosial yang lebih luas. Pendidikan dapat berfungsi untuk mengarahkan pola pikir generasi muda, membentuk ideologi, serta memastikan kelangsungan kekuasaan yang ada.

Tidak dipungkiri lagi, banyak dosen terpaksa harus mengambil kuliah doktoral karena faktor tuntutan pekerjaan sebagai dosen, jika tidak melanjutkan, siap-siap keluar dari dunia nya secara pelan-pelan tapi pasti, karena tergusur oleh teman-teman yang sudah doctoral. Begitu juga para politisi, banyak mengejar ijazah pendidikan yang lebih tinggi, untuk memperkuat posisi yang sudah dimiliki ataupun meraih posisi kekuasaaan yang lebih tinggi.  Jangankan politisi, anak-anak sekolah pun memafaatkan kemampuan kognitifnya untuk berkuasa. Fenomena yang terjadi di tingkat sekolah dasar di daerah saya misalnya, anak-anak sekolah yang paling pintar di kelas menguasai kelas dan teman-teman yang lain mau menjadi pengikut dari temannya yang pintar tersebut. Hal ini menunjukkan dengan mendapat Pendidikan dan memiliki tingkat kognitif yang baik, maka kekuasaan semakin mudah digenggam. Lalu bagaimana pendidikan bisa berperan sebagai instrumen kekuasaan?

1. Pengaruh Kurikulum terhadap Pemahaman Ideologi

Salah satu cara utama kekuasaan memanipulasi pendidikan adalah melalui pengaturan kurikulum. Kurikulum tidak hanya berisi materi akademik, tetapi juga nilai-nilai yang dipilih dan diajarkan kepada siswa. Dalam sistem pendidikan yang terpusat atau otoriter, kurikulum sering dirancang untuk mendukung ideologi dominan yang dipertahankan oleh pemerintah yang berkuasa. Hal ini dapat mencakup cara sejarah dipahami dan diajarkan, serta bagaimana nilai-nilai politik dan sosial dikemas dalam pelajaran sehari-hari. Misalnya, dalam negara-negara yang berada di bawah rezim totaliter, sejarah sering disajikan dengan cara yang menguntungkan pemerintah atau penguasa yang sedang berkuasa. Narasi sejarah yang ditampilkan lebih cenderung untuk memuja kekuasaan yang ada dan mereduksi atau bahkan menghilangkan perspektif yang berlawanan. Dalam konteks ini, pendidikan menjadi alat yang kuat untuk menciptakan konsensus sosial yang mendukung kekuasaan tertentu. Sekarang perlu kita tengok bagaimana pelajaran sejarah yang diajarkan di Indonesia, apakah sudah berfokus pada bagaimana perjuangan yang telah dilakukan atau malah dari sudut pandang yang lain?

2. Pendidikan sebagai Sarana Pembentukan Karakter yang Loyal

Selain mengajarkan pengetahuan akademis, pendidikan juga berperan dalam membentuk karakter dan sikap sosial siswa. Pemerintah atau pihak berkuasa dapat memanfaatkan sistem pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai yang mengarah pada pembentukan individu yang loyal terhadap sistem yang ada. Di beberapa negara, pendidikan digunakan untuk mencetak generasi yang patuh dan tidak mempertanyakan struktur kekuasaan.

3. Penggunaan Pendidikan untuk Menjaga Status Quo

Kekuasaan dapat menggunakan pendidikan untuk mempertahankan status quo sosial dan politik. Dalam hal ini, pendidikan bukan hanya digunakan untuk mengajarkan keterampilan teknis atau pengetahuan umum, tetapi juga untuk mendidik siswa agar menerima dan mempertahankan struktur sosial yang ada. Misalnya, dalam banyak masyarakat yang memiliki ketidaksetaraan gender, pendidikan dapat digunakan untuk mengajarkan peran gender yang tradisional dan membatasi ruang gerak perempuan. Selain itu, dalam masyarakat yang dikuasai oleh elit politik atau ekonomi tertentu, pendidikan dapat digunakan untuk memastikan bahwa hanya kelompok tersebut yang memiliki peluang untuk memegang jabatan penting. Dengan demikian, pendidikan berperan sebagai alat untuk memastikan kelangsungan struktur kekuasaan yang ada.

4. Penindasan Melalui Kurikulum dan Sistem Ujian

Sistem ujian dan penilaian juga dapat berfungsi sebagai instrumen kekuasaan. Dalam banyak sistem pendidikan, ujian nasional sendiri menjadi polemik di Indonesia. Satu sisi ujian menjadi cara untuk menilai kecerdasan dan kemampuan seseorang, namun sisi lain ujian juga bertindak sebagai alat untuk menekan mereka yang dianggap "berbeda" atau tidak sesuai dengan norma sosial. Siswa yang tidak dapat mengikuti sistem pendidikan yang ada, baik karena keterbatasan ekonomi atau latar belakang sosial, seringkali dianggap "gagal" oleh sistem yang ada. Penindasan ini terjadi melalui kurikulum yang sering kali tidak mencerminkan pengalaman atau kebutuhan kelompok-kelompok marginal. Sebagai contoh, kurikulum yang tidak mempertimbangkan keberagaman budaya atau bahasa dapat membuat siswa dari kelompok etnis tertentu merasa terpinggirkan, yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya tingkat partisipasi mereka dalam sistem pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun