Pendekatan realisme dalam pendidikan menawarkan perspektif yang lebih realistis di tengah euphoria pendidikan yang sering terjebak dalam idealisme berlebihan. Pendidikan berbasis realisme menekankan betapa pentingnya untuk mempersiapkan siswa untuk menghadapi kehidupan yang rumit. Realisme pendidikan bukan berarti apatis atau menyerah pada situasi. Sebaliknya, metode ini mendorong siswa untuk memahami dunia sebagaimana adanya, menganalisis masalah secara objektif, dan membuat solusi yang relevan untuk situasi dunia nyata.
Kurikulum yang didasarkan pada realisme pendidikan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat saat ini. Materi dan kemampuan yang diajarkan harus relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan sosial modern.Metode pembelajaran realistis mengutamakan pengalaman langsung. Magang, praktik lapangan, dan studi kasus adalah bagian penting dari proses pendidikan. Peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan teoretis, tetapi mereka juga menerima contoh situasi dunia nyata.
Dalam pendidikan realistis, evaluasi tidak hanya bergantung pada prestasi akademik.
Untuk menilai kesiapan siswa untuk hidup di dunia nyata, soft skills, kemampuan menyelesaikan masalah, dan fleksibilitas merupakan faktor penting.
Pendidikan yang didasarkan pada realisme juga mempertimbangkan sosio-ekonomi siswa. Bukan memaksakan standar ideal yang sulit dicapai, program pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia dan mengoptimalkan potensi yang ada.Dalam dunia pendidikan, peran pendidik lebih mirip dengan membantu orang lain dan mengajar mereka. Bukan hanya mentransfer pengetahuan teoretis, tetapi mereka membantu peserta didik memahami lebih jauh tentang kompleksitas dunia nyata dan mengembangkan cara untuk menghadapi situasi tersebut.
Dalam pendidikan realistis, keterampilan hidup, atau keterampilan hidup, sangat penting. Kursi berfokus pada kecerdasan emosional, komunikasi efektif, dan manajemen keuangan pribadi.Dalam pendidikan realistis, teknologi digunakan secara proporsional. Bukan hanya untuk mengikuti tren atau membuang sumber daya, tetapi sesuai dengan situasi dan kebutuhan.Pengembangan pemikiran kritis didorong oleh pendidikan berbasis realisme. Peserta didik dididik untuk menganalisis situasi secara objektif, mempertimbangkan berbagai perspektif, dan membuat keputusan berdasarkan data dan fakta.
Aspek psikologis dan mental sangat diperhatikan. Peserta didik dididik untuk menghadapi kegagalan, stres, dan tekanan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari dan belajar bagaimana mengatasi dan mempertahankan diri dengan cara yang sehat.
Komponen yang sangat penting adalah bekerja sama dengan dunia bisnis dan masyarakat. Dengan bekerja sama, pendidikan tetap relevan dengan perkembangan sosial dan kebutuhan pasar kerja.Pendidikan realistis juga mempertimbangkan keseimbangan antara kerja sama dan persaingan. Peserta didik diajarkan untuk membangun kemampuan bekerja dalam tim dan jejaring sambil bersaing secara sehat.
Dengan melibatkan berbagai stakeholder, evaluasi program pendidikan realistis dilakukan secara berkelanjutan. Komentar dari masyarakat, alumni, dan pengguna lulusan sangat penting untuk perbaikan program.Pendidikan diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang tidak hanya pintar secara akademis tetapi juga siap menghadapi tantangan dunia nyata. Untuk membuat generasi yang tangguh dan adaptif, penting untuk memastikan bahwa pengetahuan, keterampilan, dan sifat seimbang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H