Apabila engkau pernah berjumpa dengannya diwaktu petang, kau pasti akan mengatakan dia jorok. Karena Lumpur paling menyedihkan melumuri seluruh badannya ; dia kesawah , sayang!!
Seorang petani miskin dari kampong yang hanya tau bahwa, hidup tak ada tanda-tanda perubahan kearah yang lebih baik. Kalau harga barang tak mampu dikendalikan pemerintah. Seringkali ia merepet dan tak habis pikir perkara pasar yang rasa-rasanya dibiarkan pemerintah untuk sewenang-wenang, menentukan harga seenak hati. Dan sebagai orang miskin tentu ia jarang mengantongi uang kertas seratus ribuan. Pun begitu kau tak usah kasihan.
Dia seperti perempuan desa kebanyakan, bersarung sampai sebatas dada.sambil meniup tungku dengan kayu bakar. Sambil menyumpahi kelangkaan BBM. Dia tidak berharap untuk mendapatkan kompor gas, karena itu satu barang istimewa,dan terlalu berharga menempati dapur joroknya.
Dia tak sekolah, karena terlalu muda dikawinkan. Tapi dia kenal angka dan abjad-abjad, karena kulihat ia tekun membaca teks terjemahan film di layar kaca. anehnya ia ia tak tahan baca Koran, tak berguna katanya karena kerap mengungkit-ungkit luka lama.dia juga buta politik, tapi tetap tertib mengantri di depan bilik pemungutan suara . dan menerima imbalan berupa uang dan kain sarung murahan.tentu saja kami girang dengan kemurahan hati tokoh yang sedang berhajat politik.
Yang kuingat , dia bukan loyalis sebuah partai, dan politik hinggap dikepalanya lima tahun sekali dengan berton-ton janji. Oia.. di punyainya baju partai beraneka warna, dari kuning sampai abu-abu.yang kalau sedang musim sawah dikenakan untuk pelapis baju terluar. Atau kadang-kadang jika sedang sibuk didapur ibu seri ng tak sadar mengelap lantai dengan baju partai. Begitulah ibu, melakukan itu tidak didasari atas kebencian.
Ibuku lebih cantik kamu
Setiap kepasar kecamatan selalu mengayuh sepeda yang tempat duduknya dibalut kain agar tidak menyiksa perjalanan dijalan kampong yang tak pernah di aspal.satu unit sepeda yang di belikan ayah saat memenangi togel sekali seumurnya. Sepeda butut yang pernah dibawa lari orang kampong sendiri , tapi akhirnya kembali setelah kami perlihatkan bukti.maklum saja pencuri dadakan.
Ibu yang setia kataku
Setalah ayah menderita penyakit hipertensi dan komplikasi jantung. Ibu tak ubahnya pemimpin yang harus menangani semua kewajiban ayah. Jabatan yang secara politis bisa saja dibelokkan kearah negative dan kesewenangan bertindak.namun ibu adalah orang baik budi, dibandingkan kepala daerah kami. Seorang pria tambun agak berwibawa dan kikir bicara, seorang pengusaha yang beli pamor menjelang PILKADA, selalu dipayungi ajudan ketika acara peletakan batu pertama rumah bantuan.
Tak perlu heran kalau ibuku lebih cantik kamu
Ibuku selalu berusaha menepati janji, walau ia tak tau teknik ampuh menipu, kalau sudah begitu aku jadi teringat sirkus menjelang pemilihan umum. Pesulap-pesulap panggung politik saling adu kemahiran.dan mulut-mulut mereka komat-kamit mantra sakti penebar janji. Tapi tak apalah.daripada mereka bicara tak senonoh, semisal, pengalamannya mengusili istri orang.atawa peristiwa kecil seperti memalsukan ijazah.wah..tentu tak etis bagi konsumsi anak sekolah dasar.
Ibu tetap ibu, tak sebanding dengan kamu
Kamu tentu dilahirkan dalam keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, beribukan pegawai, berbapakkan pegawai juga. Keseharian mereka selalu rapi dan mulus melunasi pajak, Lancar atas kewajiban zakat pendapatan setiap bulan. Lahan pekerjaan merekapun jauh dari keringat dan bau badan. Kamu pun besar tanpa hambatan. Ditopang gizi cukup dengan susu selalu tersedia di rak dapur.kamu bisa dipastikan mendapat pendidikan layak dari SD sampai tamat kuliah, dengan
manis. Segala peralatan sekolah bukan masalah bagi orang tuamu. Mereka disukai kredit bank. Tentu tak perlu pusing memikir beban pendidikan yang – seperti kata tetangga saya- kurang ajar.
Ibuku lebih cantik dari kamu
Sikap cerianya menghidupkan cahaya di rumah kami yang tak berlistrik. Di liputi senyum yang bukan sekedar imitasi. Tentu saja kamu juga ceria, gaji orang tuamu di awal bulan. Membeli senyum di pasar swalayan.menimbun barang mahal.
Tapi biarpun kamu tak secantik ibuku, izinkan aku melamarmu, mengajak engkau hidup seatap sambil membesarkan anak. Anak-anak yang semoga saja tidak meneruskan kemiskinan, harta turun temurun sebagian besar tetangga kita, orang-orang polos yang menikmati kemiskinan tanpa banyak komentar.berdoalah, supaya kelak anak kita tidak jadi salah satu pengantri minyak tanah.sebab mereka tidak kita ajari untuk survive terhadap panas matahari.maka tanamkan pada mereka bahwa hidup di negeri ini, nasib bisa berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.karena tak ada jaminan sosial yang benar-benar membuat kita lega.
Jangan ragu menyekolahkan mereka setinggi mungkin, biar bagaimanapun mereka harus menikmati manisnya ilmu pengetahuan, walau sekolah disini bukan jawaban, tapi pertanyaan. tak apalah, suruh dia menghabiskan waktu membaca buku di perpustakaan, ketimbang mendengar ceramah guru yang kurang wawasan. Aku tak mau anak kita jadi generasi penerus seperti kita, yang merekam kenangan dalam ketakutan dan rentet senjata laras panjang. Dan hari ini mengalami gangguan kejiwaan ringan.
Engkau akan seperti ibuku, jika kau besarkan mereka dengan kelembutan dan pengertian luar biasa. Menjadi ibu yang paham benar kejiwaan anak-anaknya. Aku tak berpikir untuk meninggalkan engkau kalau sudah begitu.kau teringat cinta? Ah sudahlah tak ada cinta yang berwujud layaknya benda-benda, atau lebih parah dari cinta seorang presiden pada jelata, cinta parpol pada audiennya, cinta sakit pada sehat, ah aku kacau..
Namun, menjelang pemilihan umum ini, pungutlah cinta caleg di baliho dan spanduk mereka. Kau akan akan paham arti cinta yang temporal dan pura-pura.
Selama awal 2009
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H