Mohon tunggu...
idrus bin harun
idrus bin harun Mohon Tunggu... -

saya seorang pendidik di sekolah pemerintah, karena belum punya sekolah sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengasmarakan Subuh

22 Agustus 2010   14:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:48 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_235452" align="alignleft" width="150" caption="ulee lheue di waktu petang"][/caption]

Bangun pagi setelah menunaikan shalat subuh adalah saat paling mengesankan. karena pada saat-saat itulah turun segala rahmat dari Tuhan. dan kita sebagai manusia diwajibkan bangun dari tidur untuk beraktivitas.

pada saat subuhlah udara paling bersih, dan Nabi Muhammad SAW menyuruh kita untuk berjalan-jalan sekedar melepas penat setelah semalaman tidur. dan nabi merekomendasikan kita untuk melihat daun-daun berwarna hijau, agar indra penglihatan semakin terang.

di kampung-kampung yang berhamparan sawah luas, kita menyaksikan banyak petani subuh-subuh benar sudah berada di sawah hanya sekedar memastikan aliran air ke umong (petak sawah) berjalan lancar. beda dengan di kota, di mana penghuninya pagi-pagi benar sudah dikepung udara kotor dari deru sepeda motor dan mobil yang sejak dinihari tak berhenti beraktifitas.

ulee lheue, jika anda suatu waktu pernah ke sana pagi-pagi di bulan Ramadhan, anda akan tercengang. gerombolan remaja tanggung duduk berduaan di atas sepeda motor berpasang-pasangan memadu kasih. saya tidak tau apa yang mereka madukan di situ. yang jelas, Ramadhan menjadi sebuah legalitas untuk menyambut pagi dengan berasmara.

dan sebagai masyarakat awam, siapa pun seakan kehilangan kewajiban untuk mencegahnya. karena mungkin kita kehilangan legalitas untuk menjaga lingkungan dari dekadensi moral. atau mungkin boleh jadi segala kewajiban itu sudah sepenuhnya berada di tangan orang yang hari ini memerintah kota Banda Aceh, sehingga masyarakat tak mempunyai keberanian lagi buat bersama-sama mencegah kemaksiatan yang jelas-jelas dilakukan di lingkungan penduduk.

kita kehilangan gairah untuk kepentingan kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun