Mohon tunggu...
idrus bin harun
idrus bin harun Mohon Tunggu... -

saya seorang pendidik di sekolah pemerintah, karena belum punya sekolah sendiri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selamat Jalan... Tante Sri Mulyani

16 Mei 2010   06:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:11 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di pintu Neraka kau tunggu aku, karena bulan mei panas, aku tak berharap embun atau batuk-batuk kecil di beranda kantormu...

Sri yang sering mendengus dan kurang tidur!, kapan kau nongol lagi di Koran-koran lokal, ingin sekali aku mengajakmu melewatkan malam di jembatan pante pirak*...memanah bulan, menebus dosa-dosa lama yang kerap kita ulang.

Sri yang mencintai ilmu hitung uang!...ketika tetangga kami mengeluh tentang kelangkaan, aku tahu kau masih rutin ke salon, sauna air panas atau mandi susu, tapi kau juga sering yakinkan kami tentang statistik yang terus menanjak dari tahun ke tahun.

Tante Sri...! aku tak pernah tahu seberapa menggoyahkan kecupanmu, tapi aku dapat merasakan betapa terangsangnya aku dengan teori-teori ekonomi yang kapitalistik.
Tante Sri yang menggairahkan...! sesaat sebelum ke kantor, aku harap kau tak lupa menggembok seluruh rumah, dewasa ini, kita harus mewaspadai kiri kanan, kekerabatan belum menjamin untuk tidak berkhianat....seperti kerap kami alami di negara ini, orang yang kami percaya untuk menjaga sumber pendapatan, sering berkhianat. tapi kerap kami maafkan, kami terkena syndrom amnesia akut. dan budaya maaf sering salah tempat.....

Tante Sri yang sering senyum...kami kurang protein, makanya senyum kami kurang mengena jika disunggingkan, begitulah, banyak hal sebenarnya, yang membuat senyum kami kurang berkenan.mungkin salahsatunya, tuntutan finansial yang terus mendesak tanpa melihat keadaan....

aduh.. Tante Sri..!!....di jamban yang meneduhkan dan damai...kita selalu menambah pengetahuan tentang perkembangan diri yang bijak sekaligus rakus....sampai-sampai kita ambien kelamaan membaca buku self development....

maka aku sarankan, cintailah keluargamu, suamimu, kerabat dekatmu...sebelum engkau mencintai rupiah...
siapa tahu rupiah membuat engkau masuk atau atau terlontar dari neraka....

dari kamar yang tak pernah kau singgahi, aku ucapkan selamat makan siang, semoga sehat senantiasa...sekali-sekali hadiri jamuan makan siang di warung emperan....kau temui hidup yang asli.....dalam sepotong ikan teri....

( Ponakanmu )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun