Mohon tunggu...
240_Putri Aulia Salsabila
240_Putri Aulia Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Prodi S1 Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Malang

Saya merupakan orang yang berkarakter Perfeksionis. Dengan ke-perfeksionisan ini saya bisa lebih berhati-hati setiap melakukan berbagai hal dan menurut saya itu baik supaya bisa mengerjakan sesuatu lebih baik. Konten yang menarik minat saya yakni berkaitan dengan sesuatu yang berkecimpung dalam hal gaya hidup, karir, dan sosial budaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Inovasi Gerakan Reduce Plastic Movement (RPM) untuk Mewujudkan 'Hidup Sehat Tanpa Plastik'

12 Januari 2024   16:30 Diperbarui: 12 Januari 2024   17:44 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto diambil ketika Aksi Champaign dilaksanakan (10/12/2023)

Malang - Reduce Plastic Movement (RPM) merupakan sebuah gerakan sosial yang dibentuk oleh sekumpulan perwakilan Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang. Hal yang melatarbelakangi gerakan ini terbentuk tentu karena hadirnya keprihatinan kami terhadap permasalahan yang tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat, yaitu mengenai penggunaan plastik. Kalau kita perhatikan sejenak di sekeliling kita, nyatanya plastik masih menjadi barang yang tidak terlewati oleh masyarakat, apalagi ketika sedang berbelanja.

Sebelumnya, Reduce Plastic Movement (RPM) telah melakukan sebuah champaign kecil di tengah aktivitas masyarakat yakni Car Free Day (CFD) tepatnya di Jalan Besar Ijen Boulevard. Adapun beberapa agenda kegiatan dalam gerakan RPM, yakni: (1) Melakukan aksi langsung kepada masyarakat berupa menyuarakan slogan #hidup sehat tanpa plastik. (2) Mendorong inisiatif masyarakat untuk bisa speak up terhadap isu plastik berupa keluhan, saran, dan harapan. Dan (3) Gerakan memungut sampah-sampah plastik di sepanjang Jalan Besar Ijen Boulevard. Gerakan RPM ini pun rupanya mendapat respon positif dari masyarakat, dimana mereka pun turut memberikan hal positif seperti membuang sampah plastik pada tempatnya dengan tujuan dapat mengurangi jumlah sampah plastik yang berserakan baik di pinggir jalan maupun di lingkungan sekitar seperti sungai atau laut. Namun di samping itu, pada faktanya penggunaan plastik masih merajalela, dimana minimnya penggunaan kantong berbahan reusable daripada kantong berbahan plastik.

Jika kita lihat di tahun 2020, Ocean Conservancy dan Mckinsey & Company mengeluarkan data mengenai dunia yang menghasilkan sekitar 353 juta ton sampah plastik, yang mana di masa depan diprediksi akan meningkat menjadi 736 juta ton pada tahun 2050. Pada jumlah tersebut, sekitar 10 juta ton sampah plastik setiap tahunnya akan berakhir di lautan. Sedangkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2022, Indonesia menghasilkan sampah sebesar 39,09 juta ton, yang mana dari sebagian sekitar 14% atau sebesar 5,4 juta ton total sampah plastik. Sampah plastik di Indonesia sebagian banyak berasal dari rumah tangga, sekitar 70% yang paling banyak dihasilkan dari kantong plastik, botol plastik, dan styrofoam. Sehingga Indonesia termasuk dalam negara keempat terpadat di dunia dan menjadi perusak plastik terbesar kedua setelah Tiongkok.

Terkait plastik itu sendiri, plastik merupakan salah satu jenis sampah yang sangat sulit terurai, yang mana hal itu tentunya dapat membahayakan bumi dan mencemari lingkungan. Sampah plastik dapat terurai secara alami dalam waktu yang lama, bahkan ratusan tahun. Dalam proses penguraiannya, sampah plastik dapat melepaskan zat-zat berbahaya yang dapat mencemari air, tanah, dan udara. Plastik yang tidak bisa di daur ulang menjadi plastik baru berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) atau dibakar. Disamping itu, sampah plastik pun tentunya dapat mempengaruhi lingkungan dan kesehatan. Pengaruh terhadap lingkungan seperti mencemari tanah, air atau sumber mata air, dan mencemari udara. Sedangkan dampak terhadap kesehatan dapat menyebabkan keracunan, gangguan pernapasan bahkan gangguan pencernaan. Akan tetapi plastik yang tidak bisa di daur ulang lebih berbahaya untuk lingkungan, maka solusi untuk menangani sampah plastik yang sulit terurai adalah dengan cara pembakaran, meskipun dampak dari pembakaran dapat melepaskan zat-zat berbahaya ke udara.

Selain dengan cara pembakaran, tentunya gerakan Reduce Plastic Movement (RPM) ini pun menjadi salah satu hal solutif untuk mengurangi penggunaan plastik. Dimana gerakan RPM ini sendiri bertujuan untuk dapat menarik rasa interest masyarakat agar lebih aware terhadap masalah lingkungan, terutama dalam hal penggunaan plastik. Sehingga lingkungan menjadi lebih hijau, sehat dan dunia menjadi lebih aman.

Maka dari itu gerakan ini pun juga berharap agar masyarakat bisa meminimalisir penggunaan plastik, dan mengupayakan penggunaan produk yang berbahan selain plastik, dengan tujuan jumlah plastik baik di Indonesia maupun di Malang dapat berkurang. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk mengurangi sampah plastik di Indonesia termasuk di Malang, yakni dengan membawa tas belanja sendiri seperti paper bag saat berbelanja, mendaur ulang sampah plastik, memilih produk yang tidak menggunakan kemasan plastik, dan mendukung usaha-usaha yang peduli terhadap lingkungan seperti usaha yang menggunakan kemasan plastik ramah lingkungan. Jika setiap orang dapat melakukan hal-hal tersebut, maka harapan untuk mengurangi sampah plastik di Indonesia, terutama di kota Malang pun akan semakin besar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun