Saat ini, arus era globalisasi memang semakin meningkat dan berkembang sangat pesat di kalangan masyarakat yang tentunya tidak terbataskan oleh usia baik dari kalangan anak - anak hingga orang dewasa pun berperan sebagai pengguna. Seiring berjalannya waktu, disamping meningkatnya arus globalisasi, tentunya dunia teknologi juga semakin canggih dan tidak heran jika anak di bawah usia 18 tahun saja sudah bisa meng-update hal apapun di sosial media. Jika dilihat berdasarkan survei presentase data terakhir tahun 2021 kemarin, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mensurvei pengguna sosial media didominasi oleh kalangan kelompok usia 15-19 tahun sebanyak 91%, kemudian diikuti pada kelompok usia 20-24 tahun sebanyak 88,5%.
Handphone, atau biasa disingkat dengan sebutan "HP" itu merupakan salah satu bentuk berkembangnya teknologi di era modern kini. Tidak hanya Handphone, laptop, dan semacamnya pun berperan sebagai perantara masyarakat dalam bersosial media. Sosial media merupakan salah satu platform digital yang menyediakan berbagai fasilitas kepada para penggunanya untuk melakukan aktivitas sosial seperti komunikasi, meeting, maupun membagikan konten-konten meliputi foto, video, dan lain sebagainya. Seiring canggihnya sosial media ini pun tentunya memiliki dampak positif maupun dampak negatif, salah satu hal positifnya yakni mereka bisa mengekspresikan kreatifitasnya dan menciptakan sesuai hal baru melalui platform sosial media tersebut. Tidak hanya itu saja, tentu sosial media ini pun bisa menjadi sesuatu hal yang menguntungkan yakni dalam hal berbisnis dimana penggunanya juga tidak terbatas usia seperti baik di kalangan anak-anak hingga dewasa atau bahkan lansia pun juga turut menjadi conten creator dalam bersosial media.
Namun, disamping dampak positif yang telah dibahas sebelumnya, sosial media juga pasti memiliki dampak negatif yang tidak lain yaitu mudahnya warga Indonesia terpengaruh dengan budaya asing melalui berbagai cara yang salah satunya yakni platform sosial media tersebut dimana mereka jadikan sebagai alat dalam mempengaruhi masyarakat lokal. Hal itu bermula dari hanya konten-konten yang membahas seputar berita sekilas seperti pendidikan atau pencapaian artis-artis barat dan bahkan hingga gaya hidup mereka pun turut mempengaruhi budaya lokal di Indonesia.
Dengan pengaruh budaya asing tersebut sering kita sebut yaitu "Westernisasi". Westernisasi merupakan proses perilaku sehari-hari yang meniru atau mengadopsi budaya barat mulai dari gaya hidup, makanan, style, dan lainnya. Bisa kita lihat saat ini dimana arus globalisasi yang sudah menyebar perkembangannya kepada para masyarakat lokal khususnya remaja generasi muda. Sebagai salah satu contoh yakni mengglobalnya budaya Korea dimana meningkatnya gelombang Korea atau disebut "Korea Wave". Korea wave merupakan salah satu istilah dalam penyebaran budaya populer Korea bisa melalui produk-produk kecantikan, makanan, stylist, hingga gaya hidup. Budaya korea ini sangat pesat menyebar di kalangan remaja saat ini dimana bermula ketika Drama Korea mulai tayang di Indonesia tahun 2002. Tidak hanya itu saja, fashion dan gaya hidup mereka pun mengikuti budaya Korea tersebut seperti yang kita lihat di sekitar banyak orang-orang yang mulai mengikuti style para selebritis korea, dan bahkan saya sebagai remaja pun mengakui bahwa style warga korea itu terlihat simple namun elegan. Tidak bisa dipungkiri dengan hal semacam itu dapat membuat lunturnya identitas nasional Indonesia.
Dengan pengaruh korea wave tadi, identitas nasional bisa saja luntur di masyarakat, kenapa? Karena ketika masyarakat lokal terutama remaja lebih banyak menimplementasikan budaya korea mulai dari makanan yang mereka sukai yakni Tteobboki atau bahkan lagu-lagu Korea yang bisa saja membuat mereka lupa akan budaya lagu Indonesia mungkin dari lagu-lagu daerah yang mulai jarang dinyanyikan dan tidak sedikit yang lupa akan lagu daerah masing-masingnya karena memang sudah terpengaruh akan budaya populer Korea tersebut.
Lalu, bagaimana cara kita sebagai penerus bangsa mengatasi pengaruh adanya westernisasi di Indonesia? Tentunya dimulai dari kegiatan sehari-hari yaitu lebih selektif dalam bersosialisasi dan cenderung tidak individualis dalam bermasyarakat, selain itu meningkatkan sikap nasionalisme kita terhadap nilai-nilai budaya Indonesia seperti melestarikan lagu daerah masing-masing, yang paling penting yakni kita sebagai remaja penerus bangsa harus bisa lebih menyaring budaya asing dalam bersosial media yang sebenarnya boleh saja namun tidak berlebihan atau overfanatic, dan yang terakhir bisa dengan mempromosikan produk lokal kita kepada masyarakat sesuai kapasitas kita sebagai masing - masing agar budaya lokal Indonesia lebih terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H