Mohon tunggu...
Pingwin Pranata
Pingwin Pranata Mohon Tunggu... -

Keberuntungan bukanlah kuda yang bisa diberi aba-aba

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Virus "Gagal Fokus"

19 Februari 2016   22:50 Diperbarui: 19 Februari 2016   23:26 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gagal Fokus menjadi trens kalimat yg aktif digunakan media-komunikasi personal hingga publik dan bahkan menjadi kalimat yang sangat humanis dalam setiap qta memberikan predikat orang lain...
Simpel saja saya akan mengulas "gagal fokus" terkait fenomena prilaku bangsa ini, mungkin tulisan saya tidaklah sistematis maupun terukur ditinjau dari sisi ilmiah...setidaknya bisa memberikan nuansa wawasan dari sisi sosial maupun prilaku umum.

1. Sekandal "Saipul Jamil" apapun alasan yang tersirat dari pengakuan SJ dan BAP polisi (yang didasari pelaporan korban dan pernyataan SJ mengiyakan) tidaklah memberikan pemahaman yg pas sesuai kaidah umum, hingga masih ada beberapa orang membela(memberikan dukungan) atas prilaku SJ...???

2. Arogansi Pasa Ungu dalam reaksinya pas upacara, masih ada yg membela dengan dalih yg harus orang lain memaklumi...uniknya pendukung terang-terangan ini seorang tokok politikus fenomenal FZ...trs qta harus memberikan dukungan apresiasi kesiapa ????

3. Aktifitas anak-anak Petinggi indonesia (presiden)...orang akan lebih menghormati dan memuliakan bila mereka berkiprah/bisnis seirama-searah dgn orang tuanya, meskipun mereka mulai berkarir semenjak bapaknya menjabat..sebelumnya ngapain, siapa yg peduli ?? dan ketika ada yang sukses tanpa ada kaitanya orang tua dan merintis sebelum bapaknya punya jabatan malah dicemooh...??

4. Politik (rezim) ketergantungan pada kejayaan masanya memberikan pemikiran yg absolute (paling pas dan benar) rentan terhadap pendapat...dan ini menjadi jamaah para pengikutnya, sikap feodalisme (pengen selalu dihormati dan bahkan disembah bagai raja) hingga purna jabatanya masih mengharap sepertihanya hak pensiun. Dan ketika muncul rezim baru yg mampu menyinambungkan keingina semua demi kebaikan semua malah direcoki...???

Ketentuan-ketentuan dalam memberikan penilaian terhadap setiap masalah di negara ini tanpa ukuran (panutan yang mampu memberikan kemutlakan) seseorang akan bersikap beda menyesuaikan posisinya, seseorang akan memberikan apluse dengan cara yang beda ketika diposisi yang beda. Sikap gentel ataupun mengakui kebenaran serta kelebihan orang lain tidak tercermin...ambievalen - sikap dua kaki - ampibi merupakan setrategi yg paling jitu...terus sejauh mana qta akan memiliki panutan untuk masa depannn..."karena qta telah GAGAL FOKUS".
#salam sejahtera semua, Hebat bekerja

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun