“Melayani dan Melindungi” Hebat… itulah motto yang tertulis di setiap kantor dan kendaraan operasional Kepolisian Republik Indonesia, mungkin ini maksudnya untuk mengingatkan setiap insan kepolisian akan tugas dan tanggung jawab mereka terhadap rakyat Indonesia.
Untuk menjadi insan-insan kepolisian Indonesia tentunya harus sehat jasmani dan rohani serta setia pada Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, belum lagi harus lulus ujian yang cukup berat. Herannya, mengapa banyak persoalan-persoalan kecil yang penanganannya justru tidak profesional.
Suatu hari saya melihat ada motor menerobos lampu merah, kemudian seorang polisi yang berada di tempat itu bergegas menghidupkan motornya (ini bukan motor dinas) dan mengejar si penerobos. Dapat dibayangkan bagaimana Pak Polisi itu meliak-liukkan motornya di antara mobil-mobil. Selanjutnya bagaimana saya tidak tahu. Saya hanya berpikir mengapa Pak Polisi “ngotot” mengejar si penerobos, bukankah dengan perangkat radio yang mereka bawa itu dapat berkomunikasi dengan petugas yang menjaga di bagian lain sehingga tidak perlu jadi “stuntman”,atau mungkin masalah lain - “rezeki” yang harus dikejar?? Kebangetan-lah!
Coba simak lagi peristiwa berikut ini, yang terus terang membuat saya kaget dan tidak habis pikir - ada polisi “main kejar-kejaran” di jalan tol. Peristiwa itu berlangsung tepatnya di depan gedung BPK, deretan mobil mengalami hambatan karena pak polisi berlari kesana-kemari mengejar beberapa mobil yang kemudian saya tahu mobil-mobil yang dikejar itu telah menggunakan bahu jalan. Tindakan-tindakan bodoh semacam ini yang membuat Kepolisian Republik Indonesia makin rusak saja pamornya. Mengapa mereka kurang cerdas dan panjang akal sedikit, apa kembali faktor “rezeki” itu yang membuat kehilangan akal. Ini juga merupakan peristiwa kecil yang tidak perlu terjadi, dengan pikiran cerdas dan sedikit improvisasi tentunya permasalahan itu mudah diatasi. Cobakendaraan yang menggunakan bahu jalan tol itu dicatat atau difoto kemudian nomornya dikomunikasikan kepada satuan yang menjaga pintu keluar tol,kan tidak perlu main “petak- umpet”. Cerdas dan berimprovisasi donk, Pak Pol!
Ada sebuah peristiwa lagi yang saya kategorikan sebagai tindakan kriminal, namun luput dari perhatian Pak Polisi, yaitu keamanan di dalam angkutan umum bus kota ataupun kendaraan lainnnya. Suatu saat saya terperanjat melihat ada lima orang remaja dengan muka kusam naik ke dalam bus(Grogol-Depok). Mereka ternyata bukan penumpang tetapi kemudian mengumbar kata-kata yang rada menekan, bahwa mereka butuh makan. Pada intinya “malak”! Mereka memaksa minta uang ke penumpang,weallaaah... ini terjadi di siang hari bolong dan luput dari pandangan Pak Polisi.
Pak Polisi kan punya bidang intelejen, mbok yo dipakai untuk mengamati, jangan menunggu pelaporan dari masyarakat, tidak susah koq, Pak... tinggal niatnya saja yaa. Jangan sampai juga ada “citizen police”, kan gak bener tho?! Profesionalisme Kepolisian Republik Indonesia perlu diletakkan pada tempatnya, bukan pada kepentingan politik atau golongan. Kalaulah kurang dana operasional bukannya bisa minta bantuan dari Pemerintah DKI Jakarta, bukan untuk menjaga gerbang busway lho, tetapi menjaga jalur dan transportasi secara keseluruhan yang memang... berat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H