Mohon tunggu...
M Hermy Hibatulloh
M Hermy Hibatulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara

Sebagai mahasiswa administrasi negara aktif dalam kegiatan organisasi. Hal ini untuk menyampaikan gagasan melalui menulis menjadi ketertarikan saya yang merupakan salah satu hobi terfavorit saya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Karismatik dan Transformasi Pemerintah dalam Gaya Kepemimpinan Khofifa Indar Parawansa sebagai Gubernur Jawa Timur

10 Mei 2024   10:00 Diperbarui: 10 Mei 2024   10:01 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi bagian pemimpin di tengah minoritasnya keterlibatan Perempuan dalam pemerintahan. Dr. (H.C.) Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si. atau yang sering dikenal dengan sebutan Khofifah mencuat namanya satu diantara para Perempuan lainya yang memiliki pengaruh besar dalam kiprah politik. Lahir di kota Pahlawan Surabaya pada 19 Mei 1965, semangat dan kecintaan dalam berpolitik Khofifah sudah berperan aktif sejak masa Sarjana di universitas Airlangga dengan bergabungnya dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Berkat peran aktif dalam berkontribusi pada bidang pemerintahan, untuk memperkuat pengalaman dan minatnya Khofifah Indar Parawansa mengawali dunia politik pemerintah pada Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hingga terpilihnya menjadi dewan perwakilan rakyat pada tahun 1992-1997. Hal ini ditunjukan Khofifah dengan berlanjutnya dengan tergabung pada kabinet presiden Jokowi JK 2014-2019 sebagai Menteri sosial. Tak luput pula ikut andil menjadi aktivis Muslimat Nahdlatul Ulama dengan diberikan mandat Ketua Muslimat pada tahun 2000-2005 dengan berlanjutnya di tahun 2016 hingga tahun 2023 akhir. Dikarenakan pada tahun 2018 Khofifah Indar Parawansa maju untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur, maka atas pertimbangannya untuk mundur dari jabatan Menteri sosial masa kabinet presiden Jokowi-JK.(Nia Heppy Lestari, 2023)

            Sweeney dan McFarlin,2002 dalam penelitian wibowo menyatakan kepemimpinan “Leadership involves a set of interpersonal influence processes. The processes are aimed at motivating sub-ordinates, creating a vision for the future, and developing strategies for achieving goals”, yang berarti menjadi pemimpin dapat melibatkan berbagai pengaruh dan upaya anggotanya, bertujuan memberikan motivasi bawaan dan menciptakan visi masa depan dengan mewujudkan sebagaimana langkah strategis yang harus diambil. Berdasarkan teori tersebut memperlihatkan proses berjalannya kepemimpinan khofifah semasa menjabat Gubernur Jawa Timur dengan mengusung tema semangat juang reformasi birokrasi. Khofifah menunjukkan komitmennya dalam reformasi dengan memperkuatnya dalam visi dan misi. komitmen untuk melakukan reformasi, alokasi awal sumber daya yang ada, dukungan dari pihak legislator, dan model management reformasi yang digunakan(Winoto and Handayani, 2022). Visi yang diusung ini disebabkan sebagai langkah awal dalam meningkatkan semangat dan produktivitas pelayanan jawa timur.

            Semangat juang reformasi, Gubernur Jawa Timur Khofifah kian komitmen secara idealis adanya pengaruh pada aparatur dengan kualitas sdm yang kian meningkat atas kesadaran,motivasi dan kemauan terlibat dalam setiap kegiatannya. Hal ini menjadikan upaya Khofifah dalam menstimulasi reformasi. Jargon “CETAR: Cepat, Efektif, Tanggap, Transparan, Akuntabel, dan Responsif” merupakan bentuk semangat yang dikobarkan dalam memotivasi para aparatur negara untuk membangun dan mencapai tujuan pemerintah (Winoto and Handayani, 2022). Secara political, reformasi yang digabungkan menjadi seni untuk mengambil seluruh kendali penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan secara instrumental, upaya komitmen menunjukkan birokrasi dapat berjalan lebih mudah terarah dengan SDM aparatur sipil yang memiliki kesadaran dalam mengarahkan tindakan nyata. Sebagai bentuk apresiasi dan motivasi kerja, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melalui Pemprov Jatim dengan memberikan achievement award bagi pemerintahan kabupaten/kota se-Jatim dengan tingkat kontribusi baik.   

            Khofifah selalu melibatkan seluruh stakeholder yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan. Sehubung dengan hal ini, pengaruh terlihat pada pemerintahannya yang berjalan secara sistematis dan terencana jangka panjang dengan mengusung perubahan. Pembuktian perubahan selain secara idealis,political, dan instrumental hal ini ditunjukkan ketika Khoifah mendapatkan penghargaan Inovasi Ekonomi Berbasis Pesantren (Ekotren) pada tahun 2022 yang diselenggarakan kemenpan RB dengan indeks penilaian tiap tahun kian meningkat. Tidak hanya itu, semangat dalam memperjuangkan untuk terbebas dari wabah covid 19, kebijakan dan bantuan yang digelontorkan Khofifah sangatlah pesat dan signifikan dalam mengontrol basis perekonomian daerah. Pandemi tersebut bukan menjadi halangan dalam meraih penghargaan. Di masa tersebut juga meraih rekor MURI yakni atas terselenggaranya khotmil qur’an kubro secara daring, dan pemberian award dari PWI berkat kepedulian dan kedekatannya dengan insan media Khofifah dalam masa jabatannya.

            Kepemimpinan menjadi Gubernur Jawa Timur memperlihatkan sistem model yang dijalankan yakni, karismatik dan transformasional(Edy Suyanto, 2019). Dua hal yang berbeda namun Khofifah berhasil dalam menjalankannya. Dimulai dari model kepemimpinan karismatik dengan mengunggulkan ketertarikan secara emosional yang kuat dengan senantiasa melibatkan tuhan YME dalam proses pemerintahannya. Hal ini terlihat adanya khotmil qur’an yang dilaksanakan untuk doa bersama terbebaskan dari wabah bencana covid-19. Kepercayaan dan ketertarikan kepada Khofifah tumbuh kuat berkat karakter beliau yang melekat dalam jiwa pemimpinnya. Karakter yang tegas, tangguh dengan diimbangi ilmu yang dimiliki. Sedangkan model kepemimpinan transformasional yang dijalankan dalam pemerintahannya, terlihat dengan mengelola hubungan di antara pemimpin birokrasi dan para pengikut atau rakyatnya dengan menekankan faktor komunikasi, kepercayaan, rasa hormat, dan perhatian. Faktor tersebut sangatlah menggambarkan sikap dan perilaku Khofifah yang senantiasa menjaga nilai etika dalam menjalankan pemerintahan. Dalam memenuhi kebutuhan dirinya nilai-nilai agama, dan etika senantiasa ia jaga sebab Khofifah tidak menginginkan suatu hal yang bisa melukai seseorang. Rasa penghormatan dalam masa jabatannya selalu memperhatikan dari berbagai agama terutama di saat hari besar di masing-masing agama. Sebab pada hal ini, Khofifah bertindak untuk menghindari adanya intervensi atau serangan yang disengaja kepada agama tertentu. Faturahman menyatakan dalam proses kepemimpinan transformasional dapat mengikat, mengharmonisasi serta mendorong sumberdaya organisasi agar mampu bersaing secara baik dan sehat(faturahman,2018. dalam Wulandari, zahro, sujono,2022).

            Menjadi pemimpin sekurang-kurangnya hal yang harus dimiliki menurut Robbins yaitu 1) Persepsi sosial, kecakapan dalam bersosial memahami kebutuhan dan sikap pada anggotanya, 2) Kemampuan dalam berpikir abstrak kecerdasan yang tinggi, 3) Keseimbangan emosional dalam memenuhi kebutuhan kepribadian yang harmonis (Robbins 1996. dalam Wulandari, Zahro, Sujono 2022). Dengan menjadi politisi Perempuan, Khofifah Indar Parawansa mampu dalam menerapkan hal tersebut yang sudah siap untuk terjun dalam kontestasi perpolitikan. Sikap yang diusung dengan mengedepankan spiritual, dalam menjaga emosional, kerja dengan keikhlasan, dan mengusung tema perubahan mampu memikat suara dan kecintaan warganya dalam menyukseskan pemilihan. Berkat kepercayaan masyarakat juga Khofifah mampu mengantarkan pemerintahan provinsi Jawa Timur lebih baik dalam meraih penghargaan, serta peningkatan kualitas pelayanan dan kebersihan di dalam birokrasi yang dijalankan.

            Pada dasarnya kita mampu mengambil suatu pembelajaran yang penting untuk dijadikan pertimbangan bilamana akan menjadi pemimpin, baik di organisasi maupun pada birokrasi pemerintahan. Hal ini yang paling utama yakni jika kita sudah siap dan memiliki kecakapan dan terpenuhi kebutuhan pribadinya baik berupa pendidikan, emosional dan spiritual akan mempermudah dalam menuntaskan tugasnya untuk menjadi pemimpin. Selain itu, hal penting dan krusial apabila tidak terpenuhi sikap dengan mengedepankan etika, memiliki visi jangka pendek, menengah, dan jangka panjang, sebab kita wajib merencanakan sebelum menjabat sebagai pemimpin. Menjadi pemimpin yang baik pula tidak hanya terpenuhi secara intelektual atau Intelegensi Quotient (IQ) namun juga harus diimbangi dengan Emosional Intelegensi (EQ) menjadi peranan penting untuk menyeibangkan. Sebab menjadi sosok pemimpin mampu mengontrol kemampuan dirinya untuk menentukan pilihan yang bijaksana dan memikirkan kesejahteraan masyarakat. Maka dari itu IQ dan EQ harus berjalanan beriringan untuk mewujudkan kepemimpinan yang visioner dan nyaman

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun