Mohon tunggu...
Rahmania Mahanani
Rahmania Mahanani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Surabaya

Saya adalah Mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Social Media Anxiety Disorder pada Remaja: Tantangan Kesehatan Mental di Era Digital

12 Desember 2024   12:56 Diperbarui: 12 Desember 2024   12:56 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surabaya. Sumber ilustrasi: KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Dalam era digital yang terus berkembang, platform media sosial seperti Instagram, Twitter (X), WhatsApp, dan YouTube telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan sosial yang terkait dengan penggunaan media sosial, dikenal sebagai Social Media Anxiety Disorder (SMAD), kini menjadi perhatian serius dalam kesehatan mental, terutama di kalangan remaja. Kondisi ini ditandai dengan kecemasan berlebihan terkait interaksi sosial di dunia digital, yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. SMAD dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan remaja, seperti gangguan pola tidur, penurunan konsentrasi belajar, dan kesulitan dalam membangun hubungan sosial di dunia nyata. Gejala umum termasuk kekhawatiran berlebihan tentang bagaimana unggahan mereka dinilai oleh orang lain, ketakutan akan kehilangan momen penting (FOMO - Fear of Missing Out), dan kecemasan saat tidak dapat mengakses media sosial untuk sementara waktu.

Beragam faktor berkontribusi terhadap meningkatnya Social Media Anxiety Disorder (SMAD) di kalangan remaja. Tekanan untuk tampil sempurna di media sosial, perbandingan sosial yang tidak sehat, dan paparan konten negatif secara terus-menerus dapat memicu dan memperburuk kondisi ini. Selain itu, budaya "likes" dan "followers" menciptakan standar popularitas baru bagi remaja. Para ahli kesehatan mental menekankan pentingnya menjalin hubungan yang sehat dengan media sosial. Beberapa strategi yang bisa diterapkan termasuk membatasi waktu penggunaan media sosial, melakukan "digital detox" secara berkala, serta mengembangkan hobi dan aktivitas di dunia nyata.

Penelitian yang melibatkan 105 remaja berusia 18--24 tahun, terdiri dari 42 laki-laki dan 63 perempuan, menunjukkan bahwa tingkat kecemasan terkait media sosial bervariasi dari moderat hingga tinggi. Penelitian ini menggunakan instrumen Social Anxiety Scale for Social Media Users (SAS-SMU) yang dikembangkan oleh Herman et al. (2017). Melalui pengujian dua tahap dengan skala SAS-SMU, ditemukan bahwa kecemasan media sosial adalah isu signifikan, terutama bagi Generasi Z. Generasi ini sering kali lebih rentan terhadap tekanan sosial digital karena kesulitan dalam menyaring konten secara bijaksana. Akibatnya, mereka dapat mengalami stres, kecemasan, penurunan percaya diri, gangguan tidur, dan perubahan suasana hati. Aspek-aspek seperti kecemasan dalam berbagi konten, privasi, interaksi, dan evaluasi diri diukur dengan konsisten, menunjukkan bahwa alat ini efektif untuk memahami kecemasan yang berkaitan dengan media sosial.

Dengan pendekatan yang tepat, remaja tidak hanya dapat mengurangi dampak negatif media sosial, tetapi juga memanfaatkan teknologi ini secara produktif untuk pengembangan diri dan keberhasilan pribadi. Dukungan dari keluarga dan teman sebaya juga sangat penting dalam mengenali dan menangani SMAD pada remaja. Komunikasi terbuka mengenai penggunaan media sosial yang sehat, serta pemahaman tentang dampak positif dan negatifnya, dapat membantu remaja mengembangkan ketahanan digital yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun