Mohon tunggu...
Abi Khurairah
Abi Khurairah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi bermain basket

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik India dan Pakistan yang Tak Kunjung Selesai

2 Maret 2023   21:21 Diperbarui: 2 Maret 2023   21:29 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya sebelum menjadi negara wilayah Pakistan, dan India ada didalam kekuasaan kerajaan Mughal yang berkuasa pada tahun 1526-1858 sedikit tapak tilas kerajaan ini termasuk kerajaan besar di era-nya, dari buku A History Of India yang ditulis Burton stein, kerajaan ini menguasai wilayah Afghanistan, Kashmir, Bangladesh, Daratan tinggi Dekkan (Wilayah yang sekarang menjadi India selatan), kerajaan ini adalah kerajaan Islam yang memiliki pengaruh yang kuat di wilayah kekuasaanya.

Pada era kepemimpinan sultan Jalaluddin muhammad akbar (1506-1605), Sultan dikenal merupakan figur yang menjunjung toleransi antar umat beragama, ia tidak membedakan semua kepercayaan yang ada karena pada dasarnya dia menganggap bahwa Agama tidak boleh mendiskriminasikan Agama lain, Agama ialah pembawa kedamaian, Ia menganut sistem pemerintahan Sulh-E-Kul atau universal peace/kedamaian universal.

Pada dekade tahun 1600 an Inggris mulai masuk ke wilayah India dan sekitarnya dan perlahan membangun koloni, Pada akhirnya pada tahun 1858 Inggris berhasil menguasi sepenuhnya dan berakhirlah kekuasaan kerajaan Mughal, sejatinya walau pernah dipimpi oleh seorang sultan yang berprinsip toleran isu intoleran masih memiliki celah, agama Hindu dan Islam yang menjadi agama mayoritas dipakai guna memecah persatuan masyarakat disana.

Pada tahun 1947 muncul wacana bahwa Inggris akan memerdekakan wilayah India dan sekitarnya yang telah diduduki selama ini, melihat hal ini lalu muncul 2 kelompok, yang pertama kelompok Nasionalis yang mengkhendaki  lahirnya satu negara, yang kedua kelompok Muslim yang menginginkan negara muslim sendiri, akhirnya setelah perundingan disepakatilah 2 negara yaitu India yang mayoritas pemeluk agama Hindu,dan Pakistan yang mayoritas pemeluk agama Islam, pada 15 Agustus 1947 lepasnya Inggris dengan ditandai merdekanya kedua negara tersebut, perdana mentri pertama kedua negara Muhammad Ali Jinnah dari Pakistan dan Jawaharlal nehru dari India juga adalah sosok yang toleran, namun disayangkan masih ada kelompok ektrimis pemicu konflik di kedua negara.

Melihat Pakistan yang merdeka wilayah Kashmir yang mayoritas penduduknya muslim masyarakat disana menginginkan bergabung dengan Pakistan, melihat sinyal positif ini Pakistan pun menginvasi wilayah Kashmir, saat itu Raja Kashmir Hari sigh yang beragama Hindu meminta bantuan kepada India akibat hal ini pecahlah perang Kashmir 1 antara India dan Pakistan yang berlangsung dari tahun 1947-1948, masih dengan misi yang sama ingin menjadikan wilayah Kashmir sebagai wilayahnya, Pakistan melakukan operasi Giblartar pada April 1965 yang menandai letusnya perang Kashmir 2 yang berakhir dengan gencatan senjata pada September 1965, masalah belum berhenti disitu masalah lainya adalah banyaknya perpindahan penduduk dimana penganut agama Hindu di Pakistan berpindah ke wilayah India dan penduduk Muslim di India berpindah ke wilayah Pakistan timur, tepatnya wilayah Bengali, ternyata Bengali sendiri juga memiliki 2 kelompok  Agama mayoritas yaitu Hindu dan Islam dimana pada akhirnya wilayah Bengali Barat bergabung dengan India dan Timur bergabung dengan Pakistan, pada kemudian waktu penduduk asli Bengali merasa dianak tirikan oleh pemerintah dimana mereka tidak mendapat pengakuan, pembangunan pun lebih gencar dilakukan di wilayah Barat (wilayah India) dan oleh sebab ini pada 1971 Bengali timur mendeklarasikan kemerdekaanya dengan Sheikh Mujibur Rahman sebagai presiden pertamanya, negara ini kemudian dinamakan Bangladesh,   ditahun yang sama pemerintah Pakistan melakukan invasi kewilayah Bangladesh dan membantai masyarakat yang pro terhadap kemerdekaan Bangladesh, Bangladesh pun meminta bantuan kepada India yang membuat keadaan semakin memanas, kemudian diakhir dekade 1980an masyarakat Kashmir di India merasa kurang diwakili menuntut kemerdekaan yang dibalas militer India dengan kekerasan dan diskriminatif hal ini medapat kecaman dunia terhadap militer India.

Pada tahun 1999 kembali terjadi perang diwilayah kargil yang terjadi pada musim panas dimana pasukan Pakistan dan militan Kashmir memasuki wilayah Line of control, yang secara de facto merupakan batas dua negara tersebut, Pakistan menuding konflik ini akibat kelompok pemberontak Kashmir,India dengan pasukan angkatan udaranya,dan juga pertolongan diplomasi internasional, membuat pasukan Pakistan mundur, dalam persaiangan persenjataan kedua negara terus bersaing, dalam 3 dekade kedua negara terus bersaing dilihat dari anggaran militer kedua negara yang terus meningkat, percobaan peluncuran nuklir medio ditahun 1996 membuat dunia melihat bahwa persaingan keduanya tidak main-main.

Pada tahun 2001 keduaa pemimpin negara sepakat membuka jalur kerjasama salah satunya dibidang perdagangan, namun masih saja ada kelompok ekstrimis yang merusak kestabilan kedua negara, konflik ini bisa saja bukan hanya permasalahan agama mengingat wilayah Kashmir merupakan wilayah yang memiliki potensi alam yang kaya, konflik ini tentu saja tidak hanya menjadi masalah bagi kedua negara, ketidakstabilan kedua negara juga menjadi ancaman bagi wilayah Asia selatan dan juga dunia, khususnya di Asia selatan yang memanaskan Ancaman gerakan militan dan terorisme di Asia selatan, konflik ini juga membuat tingginya tingkat pengungsi yang mencari perdamaian, konflik ini turut membuat wilayah Kashmir mengalami ketidakstabilan dan ketakutan masalah geopolitik hingga saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Amarinder, S. 2010. A Ridge Too Far: War in the Kargil Heights. ASIN: B0006E8KKW

Ambedkar, B.R. 1946. Pakistan or Partition of India (edisi ke-2). AMS Press Inc. hlm. 5. ISBN 978-0-404-54801-8.

Dixit, J. N. 2002. India-Pakistan in War & Peace. Routledge. hlm. 13. ISBN 978-0-415-30472-6.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun