Mohon tunggu...
Nafis Alfa Dzikri 23107030057
Nafis Alfa Dzikri 23107030057 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Mencintai dengan sederhana Menyukai komedi ringan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Eksistensi Angkringan di Era Gempuran Jajanan Kekinian

17 Juni 2024   02:36 Diperbarui: 17 Juni 2024   02:53 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi | Angkringan Balap

Jogjakarta, kota yang kaya akan budaya dan warisan sejarah, tak hanya menawan dengan peninggalan bangunan dan tradisinya yang kental, tetapi juga kuliner khasnya yang sudah melegenda. Salah satu ikon kuliner yang tak bisa dilepaskan dari identitas Jogja adalah angkringan. Warung kecil yang menjajakan kudapan sederhana ini telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Jogja dan menjadi salah satu daya tarik wisata kuliner yang diminati banyak wisatawan.

Sejarah Angkringan di Jogjakarta

Asal usul angkringan di Jogjakarta memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah dan budaya masyarakat Jawa itu sendiri. Meskipun tidak ada catatan pasti kapan angkringan pertama kali muncul, namun banyak literatur yang mengaitkannya dengan tradisi masyarakat Jawa sejak zaman dahulu.

Menurut sejarawan, cikal bakal angkringan diduga berasal dari tradisi "mangan angkring" atau makan dengan berjongkok yang sudah ada sejak masa kerajaan Mataram Islam. Pada masa itu, para abdi dalem atau pengikut raja seringkali menikmati makanan sederhana seperti nasi dan lauk seadanya dengan cara berjongkok di tanah. Tradisi ini kemudian diadopsi oleh masyarakat biasa sebagai bentuk praktis menikmati hidangan tanpa perlu peralatan makan yang mewah.

Seiring berjalannya waktu, tradisi mangan angkring ini berkembang menjadi semacam warung kecil yang menjajakan kudapan sederhana di pinggir jalan atau gang-gang kecil. Para penjualnya membuka lapak kecil dengan cara berjongkok atau membadok (bahasa Jawa: angkring) sambil menjajakan dagangannya.

Istilah "angkringan" sendiri baru muncul pada akhir abad ke-19 ketika pedagang kaki lima semacam ini semakin banyak bermunculan di Jogjakarta. Kata "angkringan" merujuk pada posisi penjual dan pembeli yang berjongkok saat menikmati kudapan yang dijajakan.

Pada awalnya, menu di angkringan sangat sederhana, seperti nasi kucing, krupuk, sate usus, tempe goreng, dan kopi joss yang diseduh dengan cara khas. Namun seiring perkembangan zaman, menu angkringan pun semakin beragam dengan tetap mempertahankan ciri khasnya yang sederhana dan murah meriah.

Angkringan semakin populer di kalangan masyarakat Jogja, terutama kelas menengah ke bawah, karena menjadi tempat nongkrong murah meriah sambil menikmati hidangan sederhana namun lezat. Tradisi ini pun terus dilestarikan dari generasi ke generasi hingga menjadi salah satu ikon kuliner khas Jogjakarta yang dikenal hingga saat ini.

Salah satu angkringan yang masih mempertahankan konsep sederhana itu adalah Angkrinagn Balap. Ada sebuah fun fact kenapa angkringan ini dinamakan angkringan Balap, dikarenakan mempunyai pelayanan yang cepat, sat set sehingga tidak membuat menunggu pelanggan. Dibuktikan dengan adanya tujuh karyawan yang megisi job desknya masing-masing. Dari yang mengoreng, membuat minuman, mengantar minuman, dan juga sebagai kasir. Angkringan ini berlokasi di pojok barat, utara lapangan Paseban Bantul. Angkringan ini masih memiliki konsep yang Jogja banget, dimana angkringan yang sudah berdiri dari tahun 2007 sampai sekarang ini tampak tak mengubah konsep angkringan menjadi sesuatu yang modern dan masih kental dengan  gerobak klasiknya.

Angkringan Balap ini buka dari jam empat sore hingga jam sebelas malam. Angkringan ini menyediakan berbagai macam makanan, dari makanan ringan hingga berat. Makanan ringan yang dijajakan di sini berupa kacang goreng, kerupuk, basreng, rempeyek, dan banyak lagi, mulai dari harga lima ratus perak hingga tiga ribu rupiah saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun