Ani Idrus, yang lahir di Sawahlunto, Sumatra Barat pada 25 November 1918, merupakan salah satu tokoh wanita di bidang pers atau media cetak. Dalam menekuni profesinya sebagai wartawan, Ani Idrus telah memiliki jam terbang yang cukup tinggi. Untuk mencapai jam terbang itu tentu tidak mudah, berbagai suka dan duka, upaya dan target serta kemauan yang kuat membuat apa yang dicita-citakan terkabul. Di tahun 1936an ia sudah mencapai reputasi sangat baik di bidang pers. Bekerja pada harian "Sinar Deli" Medan, ia juga menerbitkan majalah politik "Seruan Kita" bersama dengan Haji Mohammad Said yang juga menjadi suaminya. Pada 11 Januari 1947 mereka menerbitkan :"Pewarta Deli", "Majalah Wanita", dan "Harian Waspada". Tahun 1969, Ani Idrus memimpin sebanyak 4 jenis media cetak yaitu : Harian Waspada, majalah Dunia Wanita, edisi Koran Masuk Desa ( KMD ) dan Koran Masuk Sekolah ( KMS ). Pada tahun 1955, ia diberi kesempatan untuk melakukan peliputan perundingan Tengku Abdul Rahman dengan Chin Peng ( pemimpin komunis Malaya ) di Baling, Malaya. Tahun 1974, ia bersama rombongan Adam Malik menghadiri KTT Non Blok di Srilanka. Karena ia adalah seorang wanita, maka perjuangan di bidang pers banyak bertemakan wanita, seperti ketika diadakan pekan diskusi yang berlangsung di aula Pusat Kebudayaan Perancis di Jakarta, ia memberi judul makalah "Posisi Kaum Perempuan dalam Pengelolaan Manajemen Pers". Demikian juga ketika Ikatan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fisipol USU menyelenggarakan simposium tentang Perkembangan Perusahaan Pers di Indonesia, judul makalahnya adalah "Prospek Pers Wanita dalam Industri Pers Indonesia". Di tahun 1991, ketika berlangsung Kongres Kebudayaan di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, ia diminta untuk berbicara tentang "Kebudayaan dan Wanita". Pada tahun yang sama beliau mendapat penghargaan dari Menteri Negara Urusan Peranan Wanita ( Meneg UPW ) berkaitan dengan Harian Waspada sebagai surat kabar terbaik, isinya masalah peningkatan peranan wanita dalam pembangunan bangsa. Berbagai kegiatan ia ikuti seakan tidak pernah bosan, dan semakin banyak pengalaman baru yang ia tekuni sehingga membuat dirinya bersemangat untuk berkarya, seperti mendirikan "Taman Indria" yang terdiri dari Balai Penitipan Anak, Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Medan. Taman Indria dalam perkembangannya menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan. Tahun 1978, dalam rangka Hari Kartini, Ani Idrus mendirikan Perguruan ERIA yang terdiri dari TK, SD, SMP yang berlokasi di Jalan Sisingamangaraja 195 Medan. Tahun 1984, ia membuka sekolah pendidikan agama Islam setingkat SD yaitu Madrasah Ibtidaiyah "Rohamah" yang berada di jalan Selaman Ujung, Simpang Lima, Medan. Di beberapa bidang lain beliau juga mempunyai perhatian besar seperti mendirikan "Wanita Demokrat" yang berpusat di Jakarta, mendirikan Bank Pasar Wanita di Medan. Selain bidang pendidikan, Ani Idrus juga sangat besar perhatiannya dalam bidang politik. Tahun 1937, ia pernah menjadi anggota partai "Gerakan Indonesia" ( Gerindo ) di Medan, sebelumnya pada tahun 1934, ia pernah duduk sebagai Wakil Ketua pada organisasi "Indonesia Muda" dalam wadah perjuangan pergerakan pemuda. Tahun 1949 menjadi anggota PNI ( Partai Nasional Indonesia ) dan beberapa kali menjabat sebagai Ketua Penerangan dan menjadi anggota pleno pusat PNI di Jakarta. Tahun 1950 beliau mendirikan "Front Wanita Sumatra Utara", menjabat sebagai Ketua. Tahun 1955, ketika berlangsungnya Pemilu, ia terpilih menjadi anggota Konstituante, namun ia menolak jabatan tersebut. Dari tahun 1960 - 1967, Ani Idrus menjadi DPRGR Tk I propinsi Sumatra Utara dari golongan wanita. Tahun 1967 - 1970 menjadi anggota DPRGR Tk I Sumatra Utara dari Golongan Karya ( wartawan ). Tahun 1992, beliau salah satu calon anggota MPR utusan daerah. Uraian-uraian di atas menunjukkan bahwa sosok Ani Idrus sangat berjasa bagi negara dalam memajukan pembangunan Indonesia, sehingga tidak mengherankan apabila pemerintah RI mempunyai perhatian pada dirinya dengan memberikan segudang penghargaan antara lain : Satya Lencana Penegak Pers Pancasila, Anugrah Citra Wanita Pembangunan Indonesia, Anugrah Bintang Jasa Nararya ( yang diserahkan Menteri Negara Urusan Peranan Wanita kala itu, Ibu Mien Sugandhi ), penghargaan Putra Penerus Pembangunan Bangsa, Lencana Emas, Tokoh masyarakat teladan Sumatra Utara, penghargaan "Srikandi Award", penghargaan "Who of The Year 1995", penghargaan Citra Abadi Pembangunan dan Anugrah Peniti Emas 50 tahun dari SPS cabang Sumatra Utara, dan terakhir setelah beliau meninggal mendapat penghargaan  Bintang Mahaputra Utama yang diserahkan Ibu Megawati sebagai Wapres RI. Walaupun usia sudah lanjut, namun bagi Ani Idrus usia bukan penghalang untuk berkarya. Tidak pernah bosan dan tidak jemu adalah prinsip hidupnya untuk mengembangkan profesi khususnya di bidang jurnalistik. Sampai akhir hidupnya ia terus berkarya. Dan pada tanggal 9 Januari 1999 beliau meninggalkan dunia kembali menghadap khaliknya. Namun karya dan pengabdiannya tetap dikenang oleh bangsa Indonesia. [caption id="attachment_89717" align="alignleft" width="322" caption="Ani Idrus diabadikan dalam prangko oleh Pemerintah RI, 2004"]
![1297242935674154791](https://assets.kompasiana.com/statics/crawl/555db7070423bd91108b4568.jpeg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI