Senja itu, langit tampak berbeda dari biasanya. Matahari yang mulai turun perlahan memudarkan warna oranye kemerahan, Angin senja berhembus lembut, membawa hawa dingin yang menyentuh kulit. Seorang perempuan berdiri di tepi taman, rambut panjangnya tergerai ditiup angin. Kulitnya yang putih, tampak bersinar di bawah cahaya senja. Ia mengenakan gaun indah berwarna biru langit, yang melambai-lambai tertiup angin.Â
Suasana semakin tenang, seiring matahari semakin merunduk di balik gunung. Tiba-tiba, dari belakang, terdengar langkah kaki yang mendekat. Perempuan itu menoleh
"Sudahlah"
Perempuan itu tersenyum, meskipun sedikit malu. "Hanya sebentar," jawabnya, meskipun hatinya tahu dia sudah menunggu cukup lama. Namun, kebersamaan mereka selalu terasa seperti waktu yang singkat.
"Senja ini indah," ujar lelaki itu sambil menatap langit yang semakin gelap. "Seperti waktu kita, yang selalu tepat
Perempuan itu mengangguk pelan. "Iya, seperti senja. Meski perlahan hilang, namu
Mereka berdua berjalan bersama, mengikuti jalan setapak sebuah ayunan yang ada di menuju taman. Ayunan itu terletak di bawah sebuah pohon besar, diantara semak-semak hijau dan bunga-bunga yang perlahan mulai layu. Setelah duduk, lelaki itu menggerakkan ayunan itu perlahan, membuat perempuan itu tertawa ringan. Senyumnya kembali menghiasi wajahnya, menghapus segala lelah yang ada
Mereka berbincang, berdiskusi tentang segala hal. Tentang langit yang semakin kelam, tentang mimpi-mimpi yang belum terwujud, dan tentang kenangan yang tak pernah pudar.
"Kadang, aku merasa seperti senja," kata perempuan itu
Lelaki itu menatap serius, tangan mereka kini saling bertautan di atas tali ayunan. "Tapi senja selalu kembali kan? Setiap hari, meski berbeda. Begitu juga kita. Mungkin kita tidak selalu bersama, tapi kita selalu kembali."
Perempuan itu terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Kamu selalu tahu bagaimana aku