Mohon tunggu...
Maria Felicia Fono Pati
Maria Felicia Fono Pati Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Feli

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja Hari Itu

19 November 2024   07:51 Diperbarui: 19 November 2024   07:56 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja itu, langit tampak berbeda dari biasanya. Matahari yang mulai turun perlahan memudarkan warna oranye kemerahan, Angin senja berhembus lembut, membawa hawa dingin yang menyentuh kulit. Seorang perempuan berdiri di tepi taman, rambut panjangnya tergerai ditiup angin. Kulitnya yang putih, tampak bersinar di bawah cahaya senja. Ia mengenakan gaun indah berwarna biru langit, yang melambai-lambai tertiup angin. 

Suasana semakin tenang, seiring matahari semakin merunduk di balik gunung. Tiba-tiba, dari belakang, terdengar langkah kaki yang mendekat. Perempuan itu menoleh

"Sudahlah"

Perempuan itu tersenyum, meskipun sedikit malu. "Hanya sebentar," jawabnya, meskipun hatinya tahu dia sudah menunggu cukup lama. Namun, kebersamaan mereka selalu terasa seperti waktu yang singkat.

"Senja ini indah," ujar lelaki itu sambil menatap langit yang semakin gelap. "Seperti waktu kita, yang selalu tepat

Perempuan itu mengangguk pelan. "Iya, seperti senja. Meski perlahan hilang, namu

Mereka berdua berjalan bersama, mengikuti jalan setapak sebuah ayunan yang ada di menuju taman. Ayunan itu terletak di bawah sebuah pohon besar, diantara semak-semak hijau dan bunga-bunga yang perlahan mulai layu. Setelah duduk, lelaki itu menggerakkan ayunan itu perlahan, membuat perempuan itu tertawa ringan. Senyumnya kembali menghiasi wajahnya, menghapus segala lelah yang ada

Mereka berbincang, berdiskusi tentang segala hal. Tentang langit yang semakin kelam, tentang mimpi-mimpi yang belum terwujud, dan tentang kenangan yang tak pernah pudar.

"Kadang, aku merasa seperti senja," kata perempuan itu

Lelaki itu menatap serius, tangan mereka kini saling bertautan di atas tali ayunan. "Tapi senja selalu kembali kan? Setiap hari, meski berbeda. Begitu juga kita. Mungkin kita tidak selalu bersama, tapi kita selalu kembali."

Perempuan itu terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Kamu selalu tahu bagaimana aku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun