Mohon tunggu...
KKN 25 TURIREJO
KKN 25 TURIREJO Mohon Tunggu... Ahli Gizi - cewek

WELCOME TO OUR HAPPINESS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemanfaatan Daun Kelor, Upaya Mengatasi Masalah Stunting Desa Turirejo oleh Mahasiswa Unusa

5 Agustus 2023   11:30 Diperbarui: 5 Agustus 2023   11:33 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemanfaatan Daun Kelor, Upaya Mengatasi Masalah Stunting Desa Turirejo oleh Mahasiswa Unusa

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada tahun 2022. Provinsi Jawa Timur menempati urutan ke-25 dengan persentase 19,2%. Melansir dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), stunting adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama.

Stunting yang telah terjadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan. Masalah stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan, kematian, dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental. Dengan adanya permasalahan tersebut, mahasiswa KKN UNUSA Kelompok 25 berusaha membantu untuk mencegah stunting dengan melakukan sosialisasi stunting. Sosialisasi ini bertujuan agar masyarakat dapat mencegah akan permasalahan stunting yang sudah merebah di masyarakat. Sosialisasi stunting merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan mahasiswa KKN UNUSA Kelompok 25. Sosialisasi stunting merujuk pada ibu kader posyandu dan ibu-ibu yang memiliki balita. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian makanan kepada balita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran. Makanan tambahan balita bisa memakai bahan lokal seperti daun kelor, labu kuning, kentang, wortel, telur, jagung manis, serta bahan tambahan lainnya seperti santan, daun bawang, dll.

Masyarakat Desa Turirejo belum memaksimalkan sumber daya alam (SDA) yang ada di sekitar, seperti daun kelor. Daun kelor merupakan tumbuhan yang mengandung sejumlah nutrisi baik untuk mencegah stunting, diantaranya adalah protein, kalsium, zat besi, dan mineral lain. Nutrisi tersebut sangat dibutuhkan oleh anak-anak guna menunjang pertumbuhan yang optimal di usianya. Oleh karena itu, kami mengajarkan para ibu kader dan ibu-ibu yang memiliki balita untuk berinovasi dalam membuat produk olahan makanan PTM hasil dari olahan sumber daya alam yang ada di Desa Turirejo yaitu berupa “Puding Daun Kelor”. Puding daun kelor dibuat melalui langkah-langkah yang sederhana. Selain itu, menggunakan bahan yang mudah didapat seperti daun kelor, telur, santan, dan agar-agar plain. Adapun feedback positif yang diberikan ibu-ibu setelah mencicipi puding daun  kelor, seperti rasa puding enak, yummy, dan cocok dengan lidah anak-anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun