Mohon tunggu...
Muhammad Ruslan
Muhammad Ruslan Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati Sosial

Mengamati, Menganalisis, dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dhani dan Simbol Politik Hedonisme Partai Agama

11 Februari 2016   03:39 Diperbarui: 11 Februari 2016   04:22 1269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang tak mudah suatu partai melawan arus, tetap pada khittahnya yang mencerdaskan. Godaan nafsu akan kekuasaan memang bisa saja merontokkan seperangkat nilai-nilai berdemokrasi yang dipegang teguh selama ini. Apalagi konon katanya, godaan nafsu itu sangat besar bagi orang (partai) yang telah terlanjur terelitismekan dengan simbol-simbol agama.

Melawan Ahok

Kita berharap bahwa wacana upaya “melawan Ahok”, berdasar pada seperangkat ide dan gagasan. Ahok yang cukup tenar khususnya di kalangan menegah-elit Jakarta -- yang juga sekaligus menjadi lumbung suara Ahok--, melawannya, memang bukan perkara mudah. Dhani salah satu “peluru” yang mungkin dianggap mampu menjebol pangsa suara Ahok, berbekal dari popularitasnya sebagai musisi. Secara kalkulasi politik pragmatis, mungkin itu pilihan tepat, kalu toh, bahwa, politik yang ada dalam batok kepala kita, melulu hanya persolan suara semata.  

Tapi kalau kita bertahan pada suatu pemahaman, bahwa, politik juga terkait dengan gagasan dan ide, disinilah letak daya kritis kita sebagai partisipan politik diuji untuk menilai. Bahwa mengelola suatu pemerintahan, tak semudah memetik gitar sambil bernyanyi. Apalagi toh, kalau kandidat yang diusung, tenar dan memiliki ketenaran populis, bukan lantas karena ide-ide yang mencerahkan, tapi lebih ke isu-isu remeh-temeh; kontroversi perceraian, hingga tenar karena persoalan dapur dan rumah tangga!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun