Mohon tunggu...
Irna Saputri
Irna Saputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa yang tertarik dengan isu lingungan hidup

Selanjutnya

Tutup

Medan

Durian dan Ekosistem: Potensi dan Tantangan Kebun Durian Desa Sori Nauli

20 Desember 2024   20:45 Diperbarui: 20 Desember 2024   20:45 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Medan. Sumber ilustrasi: TRIBUNNEWS/Aqmarul Akhyar

Desa Sori Nauli, Kecamatan Pinang Sori, Kabupaten Tapanuli Tengah, merupakan salah satu daerah penghasil durian yang menjadi salah satu umber penghidupan masyarakat. Namun, di balik potensi besar tersebut, terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi untuk keberlanjutan produksi durian.

Kebun durian di desa ini menghadapi masalah seperti degradasi tanah akibat penggunaan pupuk kimia secara berlebihan. Selain itu, ancaman alih fungsi lahan juga menjadi salah satu kekhawatiran utama yang dapat memengaruhi keberlanjutan ekosistem. Untuk mendapatkan gambaran lebih jelas, tim kami berbincang langsung dengan dua petani lokal, Pak Azis dan Pak Udin.

Pak Azis mengungkapkan bahwa hasil panen durian tahun ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Cuaca ekstrem, seperti angin dan hujan yang kencang, menjadi salah satu penyebab utama, karena buah durian sering jatuh sebelum matang. "Harapannya harga durian semakin naik, karena ini merupakan sumber pendapatan kami," ujar Pak Azis.

Sementara itu, Pak Udin menjelaskan tentang teknik perawatan kebun durian yang digunakan. "Kami menggunakan campuran pupuk kimia dan organik," jelasnya. Namun, pendekatan ini masih membutuhkan perbaikan untuk menjaga kesuburan tanah dan produktivitas jangka panjang.

Dari sudut pandang kehutanan, kebun durian memiliki peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati lokal. Namun, tanpa pengelolaan yang baik, kesuburan tanah dan ekosistem dapat terganggu. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah seperti mengganti pupuk kimia secara bertahap dengan pupuk organik, menanam tanaman pelindung untuk mencegah erosi, dan memberikan pelatihan kepada petani tentang teknik agroforestri.

"Dari percakapan tadi, terlihat jelas bahwa teori ekologi hutan dan teori pengelolaan lahan berkelanjutan sangat relevan di sini," kata Irna Saputri, mahasiswa Fakultas Kehutanan yang melakukan wawancara tersebut. Menurutnya, kolaborasi antara petani, pemerintah, dan akademisi sangat penting untuk menciptakan solusi yang efektif.

Dengan pengelolaan yang berkelanjutan, potensi besar kebun durian di Desa Sori Nauli dapat dimanfaatkan lebih maksimal tanpa merusak lingkungan. Diharapkan berbagai pihak dapat bekerja sama untuk mewujudkan hal ini demi kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Medan Selengkapnya
Lihat Medan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun