Mohon tunggu...
Humaira Shahnaz
Humaira Shahnaz Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa

mahasiswa jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kontoversi Perkembangan Artificial Intelligence (AI)

9 Juni 2024   17:37 Diperbarui: 9 Juni 2024   17:39 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kontroversi seputar perkembangan Artificial Intelligence (AI) telah menjadi sorotan utama di era teknologi modern. Meskipun AI telah menjadi bagian integral dari hampir semua sektor di dunia, termasuk dalam kendaraan otonom, diagnostik medis, deteksi penipuan, asisten virtual, dan sistem rekomendasi, namun dampak negatifnya juga patut diperhatikan. Kemajuan AI membawa beberapa dampak negatif seperti:

Potensi Pelanggaran Data

Salah satu konsekuensi negatif utama dari perkembangan kecerdasan buatan (AI) adalah risiko pelanggaran keamanan data. Hal ini terjadi seiring dengan kemajuan teknologi AI yang membutuhkan akses pada volume besar data untuk beroperasi secara efektif. Data tersebut seringkali berisi informasi sensitif dan pribadi. Jika data tersebut jatuh ke tangan yang tidak tepat, dapat menyebabkan masalah serius seperti pencurian identitas, kerugian finansial, dan bahaya lainnya. Contohnya, kasus pelanggaran keamanan data di dunia pendidikan yang melibatkan tuduhan plagiarisme skripsi antara mahasiswa dari dua universitas yang berbeda. Penemuan bahwa kutipan dalam skripsi tersebut identik bahkan hingga bagian referensinya, menimbulkan kekhawatiran tentang pencurian intelektual yang telah direncanakan dengan tekun. Meskipun biasanya skripsi diperiksa menggunakan alat deteksi plagiarisme seperti Turnitin, namun dalam kasus ini, mahasiswa yang melakukan tindakan plagiarisme tampaknya berhasil mengelabui sistem dengan menambahkan karakter-karakter khusus dalam teksnya.

Pengangguran

Walaupun AI membawa kemajuan dalam otomatisasi dan efisiensi, keberadaannya juga menimbulkan kekhawatiran terkait pergeseran lapangan kerja. Tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia sekarang dapat dikerjakan oleh sistem AI, yang berpotensi menyebabkan pengangguran. Setiap organisasi ingin mengganti individu yang berkualifikasi minimum dengan robot AI yang dapat melakukan pekerjaan serupa dengan lebih efisien. Contohnya, di Tokyo, ada Dawn Avatar Robot Cafe yang terletak di Distrik Nihonbashi, menyajikan layanan tanpa kehadiran pelayan manusia, melainkan dilakukan oleh robot. Hal ini dapat meningkatkan tingkat pengangguran di komunitas tersebut.

Privasi dan Keamanan

Dalam studi yang berjudul 'The Malicious Use of Artificial Intelligence: Forecasting, Prevention, and Mitigation' yang diterbitkan pada bulan Februari 2018, 26 peneliti dari 14 lembaga di berbagai sektor mengidentifikasi sejumlah risiko yang terkait dengan penggunaan kecerdasan buatan (AI). Studi tersebut menyoroti bagaimana AI dapat mengancam keamanan digital dengan kemampuannya untuk digunakan dalam kejahatan seperti peretasan, manipulasi sosial, dan aktivitas kriminal lainnya. Selain itu, studi tersebut juga membahas dampak AI terhadap privasi. Salah satu kasus yang bisa dijadikan contoh yaitu penerapan teknologi facial recognition yang diterapkan di kantor, sekolah, dan fasilitas umum lain di Tiongkok. Selain melacak pergerakan seseorang, pemerintah Tiongkok memiliki akses untuk mengumpulkan data yang cukup untuk memantau aktivitas, hubungan, sampai pandangan politik seseorang. Sehingga, hal ini tentulah membuat keresahan pada masyarakat.

Deepfake

Deepfake merupakan salah satu hasil dari perkembangan kecerdasan buatan (AI), di mana teknologi ini memungkinkan untuk mengubah wajah dan suara dalam rekaman video atau panggilan telepon. Akibatnya, tercipta konten baru yang terlihat autentik dan meyakinkan. Penggunaan teknologi ini dapat menyebabkan penipuan, baik dalam bentuk manipulasi wajah individu dalam video yang sensitif maupun perubahan suara dalam panggilan telepon yang dapat digunakan untuk tujuan penipuan. Dampak dari deepfake melibatkan risiko kerusakan reputasi individu dan potensi penyalahgunaan untuk kejahatan seperti penipuan atau pemerasan. Selain itu, deepfake juga dapat dimanfaatkan untuk meretas sistem keamanan yang menggunakan teknologi pengenalan wajah atau suara. Sebagai contoh, kasus yang menimpa seorang YouTuber asal Ukraina, Olga Loiek, di mana wajahnya digunakan dalam berbagai video berbahasa Mandarin yang tersebar di media sosial di China, bahkan beberapa di antaranya digunakan untuk promosi produk. Kejadian ini menyebabkan Olga Loiek merasa cemas dan takut karena melihat dirinya melakukan tindakan yang sebenarnya tidak pernah dilakukannya. Situasi seperti ini tentu menimbulkan kekhawatiran dalam masyarakat terhadap perkembangan teknologi AI.

Hilangnya keterhubungan sosial

Salah satu dampak negatif tambahan dari kecerdasan buatan (AI) adalah penurunan interaksi sosial. AI menggantikan peran interaksi manusia dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Contohnya, dengan kehadiran asisten virtual seperti Siri atau Alexa, manusia berinteraksi dengan AI untuk mencari informasi atau mengatur jadwal. Fenomena ini mengurangi kesempatan interaksi manusia dengan sesamanya dan mengurangi keterhubungan sosial yang biasanya terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun