Mohon tunggu...
Nadya Permata
Nadya Permata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa di Universitas Airlangga yang memiliki hobi membaca dan tidur. Suka foto kucing juga kalau ketemu di jalan!

Selanjutnya

Tutup

Games

Sistem Gacha: Ketika Game Online Menjadi Perangkap Bagi Generasi Muda

11 Desember 2024   07:20 Diperbarui: 11 Desember 2024   07:20 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era modern dimana teknologi semakin berkembang, tentunya sekarang kita tidak asing lagi dengan salah satu bentuk hiburan bernama game online. Dalam perkembangannya, game online telah menjadi bagian penting dari kehidupan banyak orang pada saat ini, terutama bagi generasi muda.

Salah satu fitur yang akhir-akhir ini sedang ramai diperbincangkan dalam perkembangan game online sendiri ialah sistem gacha yang berada di dalam game. Sistem gacha sendiri mempunyai mekanisme seperti lucky draw dimana pemain dapat bertransaksi dengan uangnya untuk mendapatkan item yang tersedia dalam sistem gacha dengan persentase perolehan yang rendah. Contoh item yang biasa menggunakan sistem gacha ini bisa mulai dari karakter langka, senjata kuat, hingga skin eksklusif.

Meskipun terdengar sangat berisiko, sistem gacha sendiri memiliki daya tariknya tersendiri terhadap audiens generasi muda yang menjadi mayoritas penikmat game online dengan sistem gacha ini, yakni daya tarik pada elemen kejutannya dimana pemain tidak akan tahu item apa yang akan mereka dapatkan saat menggunakan sistem gacha.

Mereka yang mengutamakan gengsi akan merasa mendapatkan tekanan sosial dari komunitas game untuk memiliki item ekslusif yang dianggap 'keren' lalu berakibat pada perilaku konsumtif demi kebutuhan virtual mereka. Tak jarang juga seseorang terlilit hutang demi memuaskan hasrat bermain gamenya, hingga kasus seperti tagihan kartu kredit membengkak akibat transaksi game oleh anak-anak mereka seringkali ditemukan saat ini.

Selain berdampak pada kondisi finansial, sistem gacha juga dapat berdampak pada kesehatan mental. Saat seseorang gagal mendapatkan item ekslusif dari sistem gacha yang diinginkan setelah menghabiskan banyak uang, maka mereka seringkali merasa stres dan menyesal telah membakar uang untuk hasil yang nihil. Hal ini dapat memicu depresi dan menurunnya kepercayaan diri.

Namun sebaliknya, jika pemain berhasil mendapatkan item ekslusif dari sistem gacha akan memberikan kebahagiaan sesaat untuk mereka, dimana hal ini akan mendorong mereka untuk terus mencoba mempertaruhkan lebih banyak uang mereka ke sistem gacha. Siklus ini tentu sangat tidak sehat karena menciptakan pola yng mirip dengan kecanduan judi.

Untuk mengatasi perilaku konsumtif generasi muda yang disebabkan oleh gacha tentu harus melibatkan banyak pihak. Prioritas utama adalah edukasi finansial, supaya mereka memahami pentingnya pengelolaan uang dan bahaya perilaku boros dalam bermain game serta dampak jangka panjangnya. Selain itu developer game perlu bersikap transparan dengan memberikan informasi yang jelas mengenai peluang mendapatkan item tertentu, sehingga pemain dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam bermain game.

Peran orang tua dalam memantau dan mengontrol anak-anaknya bermain game juga tak kalah penting, contohnya dengan memanfaatkan aplikasi atau fitur kontrol gadget untuk membatasi pengeluaran uang anaknya. Di sisi lain pemerintah perlu tegas dalam membuat regulasi terkait sistem gacha agar tidak beroperasi secara eksploitatif dan konsumtif. Dengan sinergi antara edukasi, transparansi, pengawasan, dan regulasi maka perilaku konsumtif akibat sistem gacha dapat diminimalisir tanpa menghilangkan kesenangan dalam bermain game.

Sistem gacha merupakan pedang bermata dua. Di satu sisi, fitur ini dapat menambah keseruan dalam bermain game. Namun, di sisi lain, sistem gacha juga bisa menjadi perangkap finansial yang berbahaya jika tidak diatur dengan baik. Generasi muda harus bijak dan bertanggungjawab dengan adanya sistem gacha ini agar tidak merugikan dirinya sendiri. Pada akhirnya, hiburan tidak seharusnya menjadi beban, baik secara mental maupun finansial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun