Dari segi posisi astronomis, kecamatan Pelaihari terletak antara 114,642 hingga 114,872 Bujur Timur dan 3,64062 hingga 3,99204 Lintang Selatan. Wilayah ini merupakan salah satu dari beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Tanah Laut, dan memiliki sebanyak 20 kelurahan.
    penelitian ini menunjukkan perubahan penggunaan lahan yang terjadi antara tahun-tahun tertentu, yang meliputi perubahan penggunaan lahan perkebunan campur, sawah, pertanian lahan kering, lahan terbuka, badan air, dan beberapa jenis penggunaan lahan lainnya. Berdasarkan gambar tersebut, pada tahun 2023, penggunaan lahan terluas adalah perkebunan campur dengan luas 11.801,789 hektar, diikuti oleh sawah dengan luas 10.704,688 hektar, permukiman dengan luas 4.301,696 hektar, pertanian lahan kering dengan luas 4.038,117 hektar, lahan terbuka dengan luas 1.886,822 hektar, dan beberapa jenis penggunaan lahan lainnya termasuk tak terdefinisi dengan luas 1.030,524 hektar dan badan air dengan luas 0,674 hektar.
       Bedasarkan gambar diatas yang memiliki luas tutupan lahan paling besar yaitu perkebunan campur (11801, 789 Ha), hal ini dikarenakan dari keadaan geografis yang di miliki Kecamatan Pelaihari yang mendukung dengan sektor perkebunan campur karena kondisi tanah yang sangat bagus untuk perkebunan campur. Tanaman perkebunan yang sudah dikembangkan di Kecamatan Pelaihari seperti tanaman karet, kelapa sawit kedelai, jagung, kacang, ubi-ubian dan lainnya. Di Kabupaten Tanah Laut, jenis tanaman perkebunan yang  menjadi tanaman unggulan adalah kelapa sawit dan karet.
       Luas tutupan lahan paling sedikit adalah badan air. Ekosistem mencakup ikan, tanaman, air, dan plankton yang mengapung dan melayang di air. Memiliki iklim yang tropis dengan curah hujan yang relatif tinggi dan jika terjadi curah hujan yang rendah maka dapat mengakibatkan terganggunya jumlah air yang berada di Kecamatan Pelaihari sehingga juga dapat membuat berkurangnya pasokan air di wilayah Pelaihari.
       Perubahan tata guna lahan di sekitar Pelaihari seperti penebangan hutan, pembangunan pemukiman, atau pertanian yang intensif, dapat menyebabkan aliran air yang masuk ke Pelaihari berkurang. Selain itu, perubahan tata guna lahan juga dapat menyebabkan erosi tanah dan pencemaran air, perubahan iklim seperti peningkatan suhu, cuaca ekstrim, atau perubahan pola curah hujan dapat mempengaruhi jumlah air di Pelaihari.
       Kesimpulan Hasil analisis menggunakan Citra Landsat 8 OLI/TIRS, maka dapat disimpulkan bahwa  perubahan  penggunaan  lahan Kecamatan Pelaihari menghasilkan tujuh kelas penggunaan lahan yaitu badan air, Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak, Perkebunan Campur, lahan terbuka, permukiman, tak terdefinisikan dan Pertanian Lahan Basah. Dari tujuh kelas tersebut diperoleh hasil tertinggi yaitu Perkebunan Campur dan Pertanian Lahan Basah. Luas tutupan lahan paling sedikit adalah badan air hal ini dikarenakan Perubahan tata guna lahan di sekitar Pelaihari seperti penebangan hutan, pembangunan pemukiman, atau pertanian yang intensif, dapat menyebabkan aliran air yang masuk ke Pelaihari berkurang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI