"Udah pada beli baju lebaran belum nih?" Pertanyaan semacam ini sering terdengar di kalangan masyarakat menjelang hari raya Idul Fitri.Â
Suasana Ramadhan selalu diwarnai dengan kesibukan berburu baju baru untuk menyambut hari kemenangan. Namun, dalam tenggang waktu yang terbatas ini, penting bagi kita untuk mempertimbangkan tidak hanya penampilan yang menarik tetapi juga dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Inilah di mana peran ekolabel dalam industri fashion menjadi penting.Â
Ekolabel adalah label yang menunjukkan bahwa suatu produk telah memenuhi standar tertentu dalam hal keberlanjutan lingkungan, hak pekerja, dan kondisi produksi yang adil.Â
Di bidang fashion, ekolabel memberikan jaminan bahwa baju yang kita beli diproduksi dengan memperhatikan aspek lingkungan dan sosial yang lebih baik.Â
Dengan memilih baju yang memiliki ekolabel, kita tidak hanya mempercantik penampilan kita tetapi juga turut berkontribusi dalam memelihara lingkungan serta mendukung praktik produksi yang berkelanjutan dan adil. Sehingga, ketika kita menemukan busana yang sesuai dengan selera dan budaya kita, tidak ada salahnya untuk memilih yang ber-ekolabel demi kebaikan bersama.
Fast fashion saat ini masih mendominasi pasar fashion. Orang-orang cenderung membeli pakaian karena dorongan mode terbaru atau harga yang terjangkau.Â
Hal ini menyebabkan siklus konsumsi yang cepat dan berulang, yakni pakaian hanya digunakan beberapa kali sebelum akhirnya dibuang. Dampaknya, produksi fast fashion menghasilkan emisi karbon yang tinggi, dan limbah tekstil yang besar pula.Â
Tumpukan sampah pakaian menjadi masalah serius karena bahan yang digunakan sering kali tidak ramah lingkungan seperti pewarna sintetis, atau mengandung serat plastik seperti polyester yang membuat sampah pakaian sulit diurai.Â
Menurut informasi KLHK tahun 2021, di Indonesia terdapat 2.3 juta ton limbah tekstil yang dihasilkan, dan hanya sebesar 0.3 juta ton yang dapat diurai.