Mohon tunggu...
FIHRIS NABIILAH ROHMAD
FIHRIS NABIILAH ROHMAD Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

'02

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sampahku Tanggung Jawabku: Bersama Kita Buat Perubahan Nyata

6 Desember 2023   14:09 Diperbarui: 6 Desember 2023   14:12 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tahukah kamu bahwa Indonesia merupakan negara penyumbang sampah terbanyak kedua di dunia? 

Sampah merupakan salah satu permasalahan utama yang saat ini dihadapi oleh masyarakat. Jumlah produksi sampah akan terus bertambah mengingat perkembangan zaman yang menyebabkan tingginya aktivitas serta semakin tingginya jumlah penduduk. Indonesia adalah negara penyumbang sampah terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah produksi sampah nasional mencapai 175.000 ton per hari. Rata-rata setiap penduduk Indonesia menyumbang sampah 0,7 kg per hari per jiwa. Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, Indonesia menghasilkan 19,45 juta ton timbulan sampah sepanjang tahun 2022. Dari jumlah tersebut, 39,63% diantaranya berasal dari timbulan sampah rumah tangga. Oleh karena itu, saat ini Indonesia sedang berada dalam  fase darurat sampah. 

Surabaya merupakan kota metropolitan yang berkontribusi sebagai salah satu penyumbang sampah terbesar di Indonesia. Berapa jumlah yang dihasilkan oleh Kota Surabaya? Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot) memiliki 190 Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dan 1 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yaitu TPA Benowo. Dalam satu hari, TPA Benowo menerima 1.600 ton volume sampah dengan komposisi 60 % berupa sampah organik. Salah satu negara di Asia yang memiliki sistem pengolahan sampah terbaik dan bisa menjadi contoh adalah Korea Selatan dengan menerapkan Volume Based Waste Fee (VBWF). Metode ini mengatur adanya biaya pembuangan sampah berdasarkan volume. Sehingga, jika ingin membuang sampah harus membayar. Pemilahan sampah di Korea Selatan baik sampah rumah tangga maupun industri juga dilakukan dengan sangat ketat sehingga ada denda dan hukuman bagi hukuman bagi masyarakat yang tidak mematuhi aturan. Dengan adanya hal tersebut menjadi salah satu cara ampuh untuk meminimalisir jumlah timbulan sampah. Lalu, hal apa yang harus dilakukan oleh Pemkot Surabaya melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya  dalam mengatasi permasalahan sampah?

Saat ini, DLH Kota Surabaya gencar melakukan program pengurangan sampah dengan menerapkan 40 Kampung Zero Waste. Program ini bertujuan untuk mengurangi volume sampah yang akan dibawa ke TPA Benowo secara signifikan. DLH Kota Surabaya bekerja sama dengan Kesehatan Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) melalui program magang MBKM untuk melakukan pendampingan program Kampung Zero Waste. Salah satu Kampung Zero Waste yang dilakukan pendampingan adalah RW 5 Kedung Baruk. RW 5 Kedung Baruk menjadi salah satu dari 40 Kampung Zero Waste yang ditunjuk oleh DLH untuk menjadi kampung percontohan pengolahan sampah. Warga RW 5 Kedung Baruk sangat antusias dengan adanya program tersebut dengan partisipasi aktif untuk melakukan pengolahan sampah guna mewujudkan terciptanya zero waste. Warga RW 5 Kedung Baruk melakukan berbagai upaya pengurangan timbulan sampah dengan aktif dalam kegiatan bank sampah untuk mengurangi sampah anorganik, memanfaatkan komposter, pencacah daun kering dan biopori untuk mengurangi sampah organik. Dengan melakukan beberapa tahap pengelolaan sampah tersebut dapat mengurangi jumlah timbulan sampah secara efektif sehingga jumlah sampah yang akan dibawa ke TPA Benowo bisa berkurang secara signifikan.

Kesadaran masyarakat dan tanggung jawab warga RW 5 Kedung Baruk Kecamatan Rungkut Surabaya terhadap pengolahan sampah bisa menjadi salah satu dorongan dan patut dicontoh untuk ikut serta dalam mewujudkan tujuan program Kampung Zero Waste. Pola pikir masyarakat yang acuh terhadap pengolahan sampah perlu diubah. Pola pikir masyarakat terkadang masih menganut prinsip "Buat apa sih harus mengelola sampah? Tinggal buang saja kan bisa". Pola pikir inilah yang terkadang menjadi penghambat dalam mewujudkan program zero waste karena masyarakat cenderung malas melakukan pemilahan sampah dan langsung membuangnya ke tempat sampah. Setiap individu pasti akan menghasilkan sampah dan hal tersebut tidak bisa dipungkiri. Oleh karena itu, setiap individu harus mampu bertanggung jawab terhadap sampahnya sendiri dengan cara melakukan pengolahan sampah agar bisa mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan di lingkungan. 

Sampah bukan hanya masalah lingkungan, melainkan tanggung jawab diri dan bersama. Kita adalah pahlawan lingkungan sejati. Waktu untuk berubah telah tiba, dan bersama-sama, kita bisa menghadapi tantangan sampah ini. Ketika kita mengubah pola pikir menjadi "Sampahku, Tanggung Jawabku" kita menjadikan diri sebagai agen perubahan positif untuk masa depan yang lebih peduli lingkungan. Dari diri sendiri hingga masyarakat, mari bersama-sama membangun dunia yang lebih baik dengan mengelola sampah dengan bijaksana. Bersama, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun