Mohon tunggu...
Upiek_pipie Pie
Upiek_pipie Pie Mohon Tunggu... -

berikan aku alasan MENGAPA AKU HARUS MENULIS? AKU MENULIS UNTUK SEBUAH PERTANGGUNG JAWABAN KELAK DI HARI KEMUDIAN.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sepasang Jemari Kematian

25 Oktober 2011   10:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:31 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

hanya sebatas abstrak abstrak adalah bagian dari seni dan seni adalah jiwa yang hidup maafkanlah atas kata yang melukai (tertanda: sang jemari)

Jemari Tuhan mereka menyebutnya

Jemari yang takan pernah bisa dihentikan.

Hari itu akumelihat sekumpulan pengecut yang hanya bisa berteriak

Terimalah kenyataanitu sebagai penghormatan atas kebodohankalian.

Suara tanpa wujud itu seakan menertawakan takdir.

Perang siap meledak

Yang setelah sekian tahun hanya membahana sebagai mimpi

Mampus kalian aku tertawa dengan lantangnya dibalik pengeras suara ini.

Apa yang kalian perbuat hanya akanmenuai kesia-siaan.

Kalian pikir aku akan merengek seperti anak kecil yang kelaparan?

Sadar sobat Tuhan menciptakan aku dan kalian dalam wujud yang sama

Kaki dan tangan kitasebagai fungsi yang sama.

Suatu ketika kalian tak perlu lagi melakukan hal bodohseperti ini

Aku malu begitu malu atas sikap kekanak-kanak kalian

Kalian seperti bayi kelaparanyang haus akan rahasia.

Ku beritau kalian saturahasia besarjika di otakkusudah kupersiapkan

Senjata ampuh yang sewaktu waktu dapat menghancurkanpemahaman bodoh kalian.

Bukan aku tapi akal ku.

Begini saja lebihmempermudahan pemahaman kalian yang dangkal

Akan Ku ajarkan .

AkalJiwa dan Raga tiga aspek pentingyangmelahirkan seni

Itu sudah terbentuk sempurnah.

Seni adalah rahasia seperti aksara yang ku cintai.

Bukan berwujudtetapi mempunyai bentuk.

Jika kalian sudah sanggup memenuhike tiga persyaratan itu

Maka temuilah aku

Karena akan ku beritau kaliansebuahrahasia penting.

Bersiaplah atas perubahan-perubahan besar itu.

*hanya sebatas fiksi *

terkadang kita harus menembus batas akhir dari ketakutan

seperti kapal yang tak hanya berlayar untuk berlabu

tetapi untuk menentang badai

sobat jangan tunggu keajaiban datang mengubah hidup mu

tapi hiduplah untuk perubahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun