Mohon tunggu...
Upiek_pipie Pie
Upiek_pipie Pie Mohon Tunggu... -

berikan aku alasan MENGAPA AKU HARUS MENULIS? AKU MENULIS UNTUK SEBUAH PERTANGGUNG JAWABAN KELAK DI HARI KEMUDIAN.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku Mati di Hari Kelahiranku

27 Januari 2012   08:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:24 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13276514921089195750

Aku mati di hari kelahiran ku. Kelahiranku selalu menjadi siklus dari suatu budaya yang tak pernah bisa menghargai dan mengakui keberadaanku Karena aku perempuan aku di anggap sampah setelah mengotoriku dengan sebongkah kotoran Air mani di wajahku Maka setelah aku dibiarkan kotor kemudian aku di buang ke dalam bak sampah Dimana letak Keadilan? Dimana letak kebenaran? Dimana Nurani kalian sebagai ibu yang melahirkan seorang bayi perempuan yang harusnya menjadi dewi keadilan Di tangan kananku ku pegang Pedang sebagai senjata untuk melindungi diri Ditangan kiriku ku pegang timbangan yang terus dan terus ku jadikan patokan sebuah keadilan yang tak pernah diperhatikan Karena adalah sang dewi yang  mati di hari kelahiranku Aku hidup dalam Roh pendahulu-pendahulu yang begitu kotor karena itu aku selalu salah dan salah Melihat kesalahan yang selalu datang tak pernah berhenti menimpah diriku aku memutuskan berehenti untuk melakukan kesalahan itu Tapi ternyata bukan hal yang mudah untuk ku tegakkan sebuah kemerdekaan pribadi Bagaimana tidak ketika aku disibukan dengan diriku, tanpa sadar orang terdekatku menjadi korban pelampiasaan mereka terhadapku Ketika aku berbalik arah mencari mereka, mereka hilang dan berganti kepribadian yang baru Semua terasa begitu gila.

Aku hanya ingin menjadi seorang dewi keadilan

Seorang wanita dewasa yang mencari perlindungan ditengah kezaliman

Apa yang salah dengan ku

Di mana letak keadilan?

sumber: (seorang bayi yang mati dihari pertama kelahirannya 21-08-1991)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun